Senin, 13 Januari 2014

PRINSIP DAN ALAT EVALUASI


A.   Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum yang penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu :
1.      Tujuan pembelajaran
2.      Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
3.      Evaluasi

Penjelasan dari bagian triangulasi adalah sebagai berikut :
1.      Hubungan antara Tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antar keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujaun dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
2.      Hubungan antara Tujuan dengan Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian, maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
3.      Hubungan antara KBM dengan Evaluasi
Evaluasi harus mengacu dan disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.

B.   Alat Evaluasi
Alat adalaah sesuatu yang yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrumen”. Dengan demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Ada dua teknik evaluasi, yaitu teknik nontes dan teknik tes.
1.     Teknik Nontes
a.      Skala Bertingkat (Rating Scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang ebrbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan : Rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka. Contoh : skor yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Biasanya, angka-angka yang digunakan diterapakan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkatdari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian, skala ini dinamakan skala bertingkat.
b.      Kuesioner (Questionair)
Kuesioner (Questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuahdafta pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang di ukur (responden). Dengan kuesioner ini, orang dapat diketahui tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu :
1)      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab :
a)   Kuesioner langsung adalah Kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh responden.
b)      Kuesioner tidak langsung adalah Kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh responden.
2)      Ditinjau dari segi cara menjawab :
a)      Kuesioner tertutup adalah Kuesioner yang disususn dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b)  Kuesioner terbuka adalah Kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas menemukakan pendapatnya. 
c.       Daftar Cocok (Check List)
Daftar Cocok (Check List) adalah deretan pernyataan (yang biasanya disingkat-singkat), dimana responden dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok () di tempat yang sudah disediakan.
d.      Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1)    Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kekbebasan unutu mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
2)     Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disususn terlebih dahulu.
e.       Pengamatan (Observation)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada dua macam observasi, yaitu :
1)  Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal ini pengamat memasuki dan megikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
2)    Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur kategorinya. Dalam observasi sistematik pangamat berada diluar kelompok.
3)      Observasi eksperimental terjadi jikapengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
f.       Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.

2.     Teknik Tes
Berikut ini beberapa pendapat  para ahli mengenai pengertian tes, yaitu :
a.       Dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”, Amir Daien Indrakusuma mengatakan : Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
b.      Dalam bukunya “Teknik-Teknik Evaluasi”, Mucthar Bukhori mengatakan : Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.
c. Dalam buku “Encyclopedia of Educational Evaluation”, diterangkan “Test is comprehensive assessment of an individual or to an entire program evaluation effort” (Tes adalah penilaian yang kompherensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program).
Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Apabila rumusan yang telah disebutkan di atasdikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.      Tes Diagnostik
Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat.
-          Tes Diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon siswa sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah. Dalam penggalan kecil, tes diagnostik ke-1 dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar untuk dapat menerima pengetahuan lainnya. Pengetahuan dasar ini biasa disebut dengan pengetahuan bahan prasyarat (prerequisite). Oleh karena itu, tes ini juga disebut tes prasyarat atau prerequisite test.
-          Tes Diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu pembagian khusus. Dengan demikian, tes diagnostik berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).
-          Tes Diagnostik ke-3 dilakukan tethadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, sebaiknya sesekali melakukan tes diagnostik untuk bagian mana dari materi pelajaran yang diberikan belum dikuasai oleh siswa. Selain itu, ia harus mendeteksi apa penyebabnya. Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut, guru dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
-          Tes Diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan megakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
b.      Tes Formatif
Kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif, maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Dalam hal ini, tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses. Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
1)      Manfaat bagi Siswa
a)      Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi program secara menyeluruh.
b)      Merupakan penguatan (reinforcement).
c)      Usaha perbaikan.
d)     Sebagai diagnosis.
2)      Manfaat bagi Guru
a)      Mengetahui sampai sejauh mana materi yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
b)      Mengetahui bagian-bagian mana dari materi pelajaran yang belum dikuasai siswa.
c)      Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
3)      Manfaat bagi Program
Setelah diadakan test formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui :
a)      Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b)      Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan.
c)      Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d)     Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
c.       Tes Sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester. Ada beberapa manfaat etesumatif, yaitu :
1)      Untuk mementukan nilai. Tes sumatif ini digunakan untuk menentukan kedudukan seorang anak diantara teman-temannya. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan anak-anak lain.
2)      Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam hal ini, tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
3)      Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna   bagi :
a)      Orang tua siswa.
b)      Pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
c)      Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain,  melanjutkan sekolah, atau memasuki lapangan pekerjaan.
d.      Tes Formatif dan Tes Sumatif dalam Praktek
Dalam pelaksanaanya di sekolah, tes formatif ini merupakan ulangan harian, sedangkan tes sumatif biasa kita kenal sebagai ulangan umum yang diadakan pada akhir semester.
Dalam pelaksanaan tes sumatif di sekolah-sekolah, ada yang disamakan antara satu daerah atau wilayah administrative, dan dikenal sebagai THB (Tes Hasil Belajar), TPB (Tes Prestasi Belajar), atau istilah lain lagi.
Atas dihapuskannya ujian negara menjadi ujian sekolah, maka tes sumatif bersama (THB dan TPB) ini mempunyai kebaikan dan kelebihan.
Kebaikan THB bersama :
1)     Pihak atasan atau pengelola sekolah-sekolah (IPDA, Dinas P dan K atau Kanwil P dan K) dapat membandingkan kemajuan sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya.
2)    Karena dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lain. Maka akan timbul persaingan yang sehat antar sesamanya.
3)  Standar pelajaran akan terpelihara dengan sebaik-baiknya karena soal tes yang diberikan disusun oleh Dinas P dan K atau Kanwil P dan K.
Keburukan THB bersama :
1)  Ada kemungkinan akan terjadi pemberian pelajaran yang hanya berorientasi pada “ujian” dengan cara memberikan latihan mengerjakan soal yang sebanyak-banyaknya.
2)  Tidak menghiraukan jika terjadi beberapa bentuk kecurangan karena ada sekolah (sekolah-sekolah) yang ingin mendapat nama baik.
e.       Perbandingan antara Tes Diagnostik, Tes Formatif dan Tes Sumatif
Untuk memperoleh gambaran mengenai tes diagnostic, tes formatif, dan tes sumatif secara lebih mendalam, berikut ini akan disajikan perbandingan antara ketiganya. Dalam membandingkan, akan ditinjau dari 9 aspek, yaitu :
1)      Ditinjau dari Fungsinya
a)      Tes diagnostik
-          Menentukan apakah bahan prasyarat telah dikuasai atau belum.
-          Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari.
-          Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari.
-          Menetukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
b)      Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
c)      Tes sumatif
Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
2)      Ditinjau dari Waktu
a)      Tes diagnostik
-          Pada waktu penyaringan calon siswa.
-          Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran.
-          Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan siswa.
b)      Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
c)      Tes sumatif
Pada akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhir pendidikan.
3)      Ditinjau dari Titik Berat Penilaian
a)      Tes diagnostik
-          Tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor.
-          Faktor-faktor fisik, psikologis, dan lingkungan.
b)      Tes formatif
Menekankan pada tingkah laku kognitif.
c)      Tes sumatif
Pada umumnya menekankan pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan kadang-kadang pada afektif.
4)      Ditinjau dari Alat Evaluasi
a)      Tes diagnostik
-          Tes prestasi belajar yang sudah distandarisasikan.
-          Tes diagnostik yang sudah distandarisasikan.
-          Tes buatan guru.
-          Pengamatan dan daftar cocok (check list).
b)      Tes formatif
Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.
c)      Tes sumatif
Tes ujian akhir.
5)      Ditinjau dari Cara Memilih Tujuan Yang Dievaluasi
a)      Tes diagnostik
-          Memilih tiap-tiap keterampilan prasyarat.
-          Memilih tujuan setiap program pelajaran secara berimbang.
-          Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental, dan perasaan.
b)      Tes formatif
Mengukur semua tujuan instruksional khusus.
c)      Tes sumatif
Mengukur tujuan instruksional umum.
6)      Ditinjau dari Tingkat Kesulitan Tes
a)      Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik mengukur keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah yang tingkat kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
b)      Tes formatif
Belum dapat ditentukan
c)      Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.
7)      Ditinjau dari Scoring (Cara Menyekor)
a)      Tes Diagnostik
Menggunakan standar mutlak dan standar relatif (criterion referenced and norm referenced).
b)      Tes Formatif
Menggunakan standar mutlak (criterion referenced).
c)      Tes Sumatif
Kebanyakan menggunakan standar relatif (norm referenced), tetapi dapat pula dipakai standar mutlak (criterion referenced).
8)      Ditinjau dari Tingkat Pencapaian
Yang dimaksud dengan tingkat pencapaian adalah skor yang harus dicapai siswa dalam setiap tes.
a)      Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi tentang keberhasilannya.
b)      Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan insruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional khusus.
c)      Tes sumatif
Sesuai dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai.
9)      Ditinjau dari Cara Pencatatan Hasil
a)      Tes diagnostik
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil.
b)      Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai suatu tugas.
c)      Tes sumatif
Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.

Scawia B. Anderson membedakan tes menurut dimensi-dimesi seperti di bawah ini :
1.      Tes ditinjau dari unsur suatu kegiatan dapat dibedakan atas: tes pengukur proses dan tes pengukur hasil.
2.      Tes ditinjau dari tujuan penggunaan hasil, dibedakan atas: tes formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif.
3.      Tes ditinjau dari konstruksi yang diukur, dibedakan atas: tes kepribadian, tes bakat, tes kemampuan, tes minat, perhatian dan sikap.
4.      Tes ditinjau dari isi atau bidang studi dibedakan atas: tes matematika, sejarah, IPA, olahraga, keterampilan, dan sebagainya.
5.      Tes ditinjau dari lingkuo materi yang diungkap dibedakan atas tes pencapaian dan tes penelusuran.
6.      Tes ditinjau keragaman butir atau tugas dibedakan atas: tes homogeny dan tes heterogen.
7.      Tes ditinjau dari cara tester memberikan respons, dibedakan atas: tes tertulis, tes lisan, tes penampilan, tes pengenalan.
8.      Tes ditinjau dari cara skoring dibedakan atas tes objektif dan tes subjektif.
9.      Tes ditinjau dari standar dalam menentukan jawaban, yakni tes yang menuntut adanya kebenaran mutlak dan tes yang dimaksudkan untuk sekedar mengetahui keadaan seseorang.
10.  Tes ditinjau dari cara pengadministratian dibedakan atas: pre-test dan post-test.
11.  Tes ditinjau dari tekanan aspek yang diukur, dibedakan atas speed test dan power test.
12.  Tes ditinjau dari banyaknya testee yang dites, dibedakan atas: tes individual dan tes kelompok.
13.  Tes ditinjau dari penyusunannya, dibedakan atas: tes buatan guru dan tes yang diperdagangkan, yang dikenal dengan tes terstandar.