Kamis, 27 Desember 2012

KEKERASAN DIKALANGAN GENERASI MUDA




A. Upaya Menghadapi Kekerasan Dikalangan Generasi Muda Akibat Modernisasi
Upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi kekerasan dikalangan generasi muda akibat modernisasi adalah sebagai berikut :
1.   Sekolah harus mengembangkan pendidikan yang berkarakter dan sekolah perlu menanamkan disiplin dalam mengembangkan karakter bangsa. Penerapan nilai universal yang mulia  seperti  nilai kejujuran, kerja keras, sikap ksatria, tanggung jawab, semangat pengorbanan, dan komitmen pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, merupakan target yang ingin dicapai dalam membentuk karakter bangsa. Selain itu, perlu adanya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah.
2.  Kerjasama antara sekolah dan orang tua memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap anak sehingga mereka tidak sampai melakukan tindakan kekerasan. Ini bukan hanya tugas guru di sekolah dibutuhkan juga kerjasama dengan orang tua, sehingga terjadi keseimbangan pendidikan di sekolah dengan di rumah.
3.  Membentuk lingkungan keluarga yang harmonis. Lingkungan keluarga harmonis akan membuat anak-anak terlindung dari pengaruh pergaulan yang buruk diluar.
4.    Melalui Media. Media dalam hal ini dapat menjadi contoh atau suri tauladan dan memberikan hal-hal kebaikan. salah satu diantaranya peran media memberikan arahan  dan cara-cara dalam  menunjukan penguatan yang benar dalam hidup bersama dalam berkomunitas. Artinya, generasi muda dapat dibimbing untuk memahami kehidupan dalam kebersamaan dan bagaimana menjadi solusi bagi sebuah problematika dalam masyarakat.
5.   Memberlakukan sanksi tegas terhadap setiap pelaku kekerasan, termasuk kepada para generasi muda.
6.   Generasi muda harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa generasi mudanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.




B. Langkah-Langkah Yang Harus Dilakukan Orang Tua Dalam Menekan Tindak Kekerasan Di Kalangan Generasi Muda
1.  Pola asuh, mengontrol dan pengendalian secara dini melalui parenting (keluarga) sangatlah dibutuhkan oleh generasi muda  sehingga anak dapat bertumbuh dengan meniru serta melakukan cara-cara yang baik dalam mengatasi masalah mereka.
2.  Orang tua harus bijak mengatur waktu antara bekerja dan memperhatikan anak. Anak yang kurang perhatian karena orang tua sibuk cenderung melampiaskan pada hal yang negatif.
3.     Didik anak untuk takut akan Tuhan. Hal ini akan membawa anak pada pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan Tuhan sejak dini memberikan motivasi kepada anak untuk menerapkan kehidupan yang baik, yang berkenan kepada Tuhan. Kebiasaan mengajak anak berkumpul dan berdoa bersama mendukung anak untuk mengembangkan nilai-nilai positif dalam hidup, mengajarkannya hidup bergantung kepada Tuhan dan hidup dalam penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan. Bila anak menyerahkan hidupnya dengan sungguh-sungguh pada Tuhan dia tidak akan menyerahkan dirinya untuk melakukan dosa.
4.   Berikan anak keteladanan. Pendampingan orang tua melalui keteladanan sangat penting dalam kehidupan anak. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah  dengan prinsip keteladanan. Generasi muda harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa generasi mudanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
5.     Berikan anak kepercayaan. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi anak. Memberikan kepercayaan pada anak dengan tidak bersikap overprotektif memberi peluang bagi anak untuk menggunakan kepercayaan itu dengan baik. Orang tua perlu menghindari sikap curiga dan selalu berpikiran negatif  yang terkadang membuat anak merasa terkekang dan cenderung bertindak negatif.
6.     Berikan anak kasih sayang. Kasih sayang bukan hanya diucapkan dengan kata-kata melainkan harus sejalan dengan tindakan. Ketika anak masih kecil kita seringkali mengungkapkan kasih dengan memeluknya, ketika mereka generasi muda seringkali intensitas pelukan itu berkurang bahkan terkadang hilang. Pelukan membuatnya merasa nyaman dan mampu menimbulkan efek tenang yang sangat mempengaruhi kepribadiannya.
7.     Ajarkan anak memilih komunitas. Penting sekali mengajarkan anak memilih komunitas yang baik dalam pergaulan. Sebagai orang tua sebisa mungkin dukunglah hobi/bakat anak-anaknya yang bernilai positif. Jika ada dana, jangan ragu-ragu untuk memfasilitasi hobi mereka, agar anak generasi muda kita dapat terhindar dari kegiatan-kegiatan negatif.
8.  Mau mendengarkan curhat anak dan memberikan motivasi serta jalan keluar atas setiap permasalahan sehingga anak tidak mencarinya dari kawan-kawan sepermainan yang tidak jelas.


C.  Pengaruh Psikis yang Dihadapi Akibat Kekerasan yang Disebabkan Oleh Modernisasi
Kekerasan yang dilakukan oleh para generasi muda pasti akan berimbas pada remaja itu sendiri. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang berkepribadian buruk. Remaja yang melakukan kekerasan pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh orang banyak. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak berguna. Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan, bukan berarti gila, tetapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisasi, merasa sangat sedih, atau malah akan memebenci orang-orang disekitarnya.
Dampak kekerasan oleh generasi muda yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan dan biasanya remaja remaja yang melakukan kekerasan tidak akan menyadari tentang beban keluarganya. Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila seorang remaja yang terpengaruh terhadap pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memeiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancuir perlahan dan tidak sempat memperbaikinya. Kekerasan bisa menjadi salah satu dampak kenakalan remaja yang terjebak hal-hal negatif, bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal  seperti mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga.  

PERGESERAN NILAI-NILAI MASYARAKAT



A.  Faktor Penyebab Pergeseran Nilai-Nilai Masyarakat Tradisional Menuju Masyarakat Modern
1.    Pendidikan
Edward Shils dan Arnold Anderson menunjukkan peranan pendidikan dalam menanamkan rasa loyalitas nasional dan dalam menciptakan keahlian dan sikap yang sangat diperlukan oleh pembaharuan tekhnologi.
2.    Ideologi
Peranan ideologi sebagai suatu alat buat mengubah perilaku dan sikap massa digarap oleh Leonard Binder, setelah meninjau ideologi pembangunan kontemporer di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan dan menyimpulkan bahwa segenap ideolog ini adakalanya mempunyai pengaruh pemersatu dalam menjembatani jurang-jurang sosial dikalangan masyarakat majemuk dan sebagai alat golongan elite buat mengubah perilaku orang banyak.
3.    Pengaruh Globalisasi
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lainnya. Globalisasi akan membawa perspektif baru bagi dunia tanpa batas yang saat ini diterima sebagai realita masa depan yang akan mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru. Dan jelaslah dalam globalisasi muncul pergeseran sebagai akibat pengaruh globalisasi yang mambawa peubahan besar dari semua sector kehidupan.
4.    Respon Dari Masyarakat Selaku Penerima Perubahan
Banyak masyarakat mempunyai respon beda tentang pengaruh global. Biasanya Masyarakat tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya, namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya. Ini tergantung dari masing-masing individu ada yang negative responnya dan ada juga yang positif responnya. Pada masyarakat tradisional, umumnya unsur budaya yang membawa perubahan sosial budaya dan mudah diterima masyarakat adalah, jika:
1.    Unsur kebudayaan tersebut membawa manfaat yang besar,
2.    Peralatan yang mudah dipakai dan memiliki manfaat,
3.    Unsur kebudayaan yang mudah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur tersebut.
5.    Pengaruh Modernisasi
Salah satu efek dari modernisasi adalah pergeseran nilai. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikut pada nilai tersebut. Jika melihat perihal masyarakat kita, pergeseran nilai budaya memang wajar terjadi. Setidaknya ini terjadi karena efek dari modernisasi dan globalisasi. Terkadang juga nilai budaya yang telah lama dipegang menjadi sedemikian mudah untuk dilepaskan. Itu  dikarena terlalu kerasnya tarikan modernitas. Modernitas seharusnya dimaknai sebagai pertemuan dari berbagai unsur dalam bumi. Ada kebaikan ada keburukan, ada tinggi ada rendah, ada atas ada bawah. Kita perlu selektif dalam mengadopsi unsur budaya yang masuk. Jangan sampai pranata sosial yang telah lama dibangun kemudian runtuh hanya persoalan kemilau modernitas.
6.    Kemajuan Pariwisata
Paradigma pembangunan di banyak negara kini lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah industri pariwisata. Demikian juga halnya yang berlangsung di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir, aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama ini menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Apabila tingkat massifitas kedatangan turis ini cukup tinggi maka ada kemungkinan terjadi “perkawinan” antara dua unsur kebudayaan yang berbeda. Dari pertemuan atau komunikasi antar pendukung-pendukung kebudayaan yang berbeda tersebut, akan muncul peniru-peniru perilaku tertentu atau muncul pola perilaku tertentu.
7.    Pergeseran Budaya
Dalam perspektif fungsionalisme, perubahan budaya masyarakat pedesaan ini terjadi diawali dengan adanya tekanan dari pemerintah (misalnya peraturan, sanksi, iming-iming) lalu ada penolakan dari sistem lama, integrasi antara keduanya dan akhirnya dicapai titik keseimbangan baru. Karena pada awalnya terjadi kesenjangan budaya, maka pemerintah membutuhkan agen-agen penyalur perubahan budaya ini. Pada masa orde baru, elite pemerintahan birokrasi desa yang dipantau ketat berperan aktif dalam menyalurkan perubahan kebudayaan ini.


B.       Dampak Positif Pegeseran Nilai masyarakat Tradisional ke Modern
1.    Arus Komunikasi Lancar
Perubahan masyarakat dari tradisional ke modern berdampak pada sarana komunikasi, pada masyarakat tradisional mungkin masih menggunakan pentungan atau kulkul, burung merpati, surat sebagai alat berkomunikasi satu dengan yang lainya, dngan terjadinya pegeseran nilai-nilai maka sarana kmunikasi semakin cepat. Contoh ada handphone, telegram, dan sejenisnya sehingga komunikasi meenjadi cepat dan mudah dilaksanakan.
2.    Berkembangnya Ilmu Pengetauan dan Tekhnologi
Pergeseran masyarakat tradisional menuju masyarakat modern membawa dampak yang sangat signifikan yaitu masyarakat modern yang yang dulunya tradisional dapat beraktivitas jauh lebih mudah. Contoh : Pada masyarakat  yang dulu menggunakan tulisan tangan dalam mengirim surat sekarang sudah bisa lewat komputer atau pun laptop.
3.    Tingkat Hidup yang Lebih Baik
Pergeseran nilai erat hubunganya dengan pengaruh globalisasi, globalisasi menyebakan pergeseran nilai budaya. Berhubungan pula dengan industri-industri maju, dengan dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
4.    Perubahan Sistem Pengetahuan
Masyarakat bila sudah modern akan memilki kesadaran betapa pentingnya pendidikan. Dengan bekal pengetahuan masyarakat sudah siap untuk menghadapi pergeseran nilai yang mungkin terjadi di era global. Dengan pengetahuan pula kita dapat memproduksi  barang dan jasa dengan mudah.
5.    Perubahan Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud menanggapi segala masalah yang terjadi. Perubahan pandangan hidup masyarakat Indonesia terlihat pada perubahan sikapnya, prilaku dan karyanya  berkat pembangunan berkembanglah pandangan tentang pentingnya keseimbangan kehidupan yang material dan spiritual, pembangunan yang berwawasan lingkungan.

C.      Dampak Negatif  Pergeseran Nilai masyarakat Tradisional ke Modern
1.      Timbulnya Sikap Individualistis
Masyarakat merasa sangat dimudahkan dengan tekhnologi maju  membuat mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Kadang-kadang mereka lupa akan dirinya sebagai mahluk social. Mereka cenderung untuk hidup sendiri-sendiri tanpa memperhatikan orang lain, rasa gotong royong, ramah tamah dan sopan santun mulai memudar. Akibat dari memudarnya nilai-nilai budaya lokal akan menimbulkan sikap individualistis.
2.      Kesenjangan Sosial
Pergeseran nilai masyarakat tradisional ke modern tidak lepas dari pengaruh modernisasi dan pengaruh globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat mengikuti pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan social. Kesenjangan social akan menyebabkan jarak anatara si kaya dan si miskin dan hal ini bisa merusak nilai-nilai kebinekaan dan ketunggalikaan bangsa Indonesia. Hal ini juga akan memicu prasangka social, persaingan dalam kehidupan cenderung akan mebuat orang tersebut frustasi, maka orang akan timbulah tindak kriminal seperti perampokan hanya untuk alasan pemenuhan kebutuhan.
3.      Masuknya Nilai-Nilai dari Budaya Lain
Masyarakat modern umumnya telah mengetahui tekhnologi, seperti internet, handphone, media televisi dan tekhnologi yang lainya yang ditiru habis-habisan. Selain itu apresiasi terhadap nilai budaya lokal pun pudar serta nilai keagamaan akan mengalami kemunduran. Disini bisa dilihat pergeseran nilainya yaitu beralih ke budaya barat dan budaya lainya.
4.      Penyebaran Nilai-Nilai Politik Barat
Penyebaran nilai-nilai politik barat secara langsung atau tidak langsung dalam bentuk-bentuk unjuk rasa, demonstrasi yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan umum. Masyarakat cenderung menghadapi dengan anarkisme.
5.      Kenakalan Remaja
Imbas dari pergeseran nilai-nilai masyarakat modern adalah kenakalan remaja. Pengaruh internet ataupun HP yang ditiru habis-habisan menimbulkan kenakalan remaja, contoh bila remaja membawa HP camera bisa menyimpan sesuatu yang porno didalamnya sehingga suatu saat pasti remaja mencoba adegan itu, padahal adegan itu hanyalah untuk orang yang sudah mempunyai ikatan perkawinan. Maka telah terjadi pegeseran nilai masyarakat tradisional ke modern. Masyarakat modern cenderung melupakan budaya aslinya.
6.      Adanya Penyakit Masyarakat
Penyakit masyarakat atau Patologi Sosial bisa muncul di karenakan pergeseran nilai masyarakat, seperti yang telah dijelaskan bahwa pergeseran nilai berdampak pada kesenjangan social. Maka si miskin terpaksa mencuri untuk pemenuhan kebutuhan. Maka pergeseran nilai dan norma kesusilaan bergeser secara cepat.

GLOBALISASI




A.      Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

B.       Ciri-Ciri Globalisasi
  • Perubahan dalam konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
  • Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
  • Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
  • Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

C.      Globalisasi Masyarakat Manusia

1.    Dari Terisolasi Ke Globalisasi
Kecenderungan historis yang sangat menonjol di era modern adalah perubahan menuju globalisasi. Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal (Robertson, 1992: 396). Masyarakat diseluruh dunia menjadi saling tergantung di semua aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, dan kultural.
Kedalaman perubahan yang terjadi hanya dapat dipahami lebih baik jika kita membandingkan dua kasus berbeda: sejarah masa lalu dan sejarah masa kini.
a.    Masyarakat masa lalu mencerminkan unit-unit sosial yang terisolasi, pluralistis, diversifikasin negara-bangsa.
b.    Masyarakat masa kini menunjukkan gambaran yang berbeda, seperti: dalam bidang politik, bidang ekonomi, dan bidang cultur.
Semua perubahan multidimensional ini, mendorong sejarawan kontemporer melancarkan proyek studi “sejarah global” (Schafer, 1991). Mereka menyatakan bahwa selama dekade terakhir –sejak pertengahan abad ke-20−kecenderungan globalisasi telah mengubah kualitas fundamental proses historis. Apapun yang terjadi di mana-mana mempunyai faktor dan akibat global.
2.    Analisis Klasik Tentang Globalisasi
a.       Teori imperialisme
Imperialisme muncul di tahap terakhir evolusi kapitalisme. Ketika produksi melimpah dan tingkat keuntungan merosot,kapitalisme harus melakukan tindakan bertahan.perluasan jajahan adalah strategi kapitalisme untuk mempertahankan diri dari kehancuran yang akan terjadi. Perluasan jajahan dapat menyelamatkan tiga tujan ekonomi penting, yaitu: mendapatkan tenaga kerja murah, bahan mentah murah dan membuka pasar baru bagi hasil produksi yang berlimpah. Akibat ketimpangan ini, aliran sumber daya dan keuntungan hanya terjadi ke satu arah, dan jurang perbedaan antara negara kaya dan miskin makin melebar. Negara kaya makin kaya dan negara miskin makin miskin. Revolusi dunialah satu-satunya yang dapat menghancurkan lingkaran setan penindasan ini (Lenin, 1939).
Gambaran seperti itu diuarikan di pertengahan abad ke-20 oleh teoritisi yang memusatkan perhatian pada hubungan antara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga dalam periode post-kolonial, ketika penguasaan politik langsung oleh kekuatan asing sudah berakhir, namun penaklukan ekonomi masih berlanjut.
b.      Teori Ketergantungan
Teori ini mengasumsikan bahwa keterbelakangan negara-negara Amerika Latin tak hanya disebabkan faktor internal, tetapi sebagian besar di sebabkan hambatan eksternal. Paul Prebisch selaku penggagas awal teori ini menyatakan bahwa perekonomian dunia menjadi terbagi menjadi dua bagian : Pertama, “pusat” yang mendominasi, yang terdiri dari negara industri yang sangat maju dan kedua, “pinggiran” yang terdiri dari kebanyakan negara agraris (1950). Disinilah muncul teori ketergantungan yang lebih canggih. Ada dua pandangan yang agak berbeda :
1.    Pesimis, menurut Andre Gunder Frank (1969) keterbelakangan Amerika Latin adalah permanen dan tak dapat diperbaiki lagi. Keterbelakangan dan penindasannya makin hebat atau mengerikan, ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, di Amerika Latin terdapat hubungan yang sepenuhnya asimetris antara kapitalis metropolitan dan satelitnya yang tergantung pada kapitalis itu. Sumber daya lokal dieksploitasi dan sebagian besar kelebihan produksi diambil oleh kapitalis asing, dialirkan dari satelit ke kapitalis metropolitan. Kedua,pelestarian tatanan ekonomi seperti itu menimbulkan kepentingan kalangan elite di negara tergantung. Mereka melindungi peluang hidup mereka dengan menanam modal dan memperoloeh peluang di luar negara mereka sendiri, di negara asing yang mendominasi mereka.
2.    Optimis, menurut F. Cordoso dan E. Faletto bahwa masalah utamanya adalah keterbatasan otonomi teknologi dan perkembangan sektor barang modal. Akumulasi, perluasan dan pembentukan kapital lokal memerlukan dan tergantung pada pelengkap dari luar dirinya sendiri. Kapitalis lokal harus mencemplung ke dalam kontak kapitalisme internasional.
c.       Teori Sistem Dunia
Immanuael Wallerstein mengemukakan tiga tahap utama perkembangan sejarah, yaitu :
1.    Tahap sistem mini, unit-unit ekonominya relatif kecil, memenuhi kebutuhan sendiri den gan pembagian kerja internal menyeluruh dan dengan kerangka kultural tunggal.
2.    Tahap kekaisaran dunia, kesatuan ekonominya jauh lebih besar dan menyeluruh, menggabungkan sebagian besar sistem mini sebelumnya. Landasannya adalah ekonomi agraris.
3.    Tahap ekonomi dunia, kapitalisme muncul sebagai sistem ekonomi dominan. Peran negara sebagai badan pengatur dan koordinator aktivitas ekonomi mulai merosot dan digantikan oleh pasar. Satu-satunya fungsi negara adalah menjaga kerangka aktivitas ekonomi, perdagangan bebas dan hubungan perdagangan yang menguntungkan.

3.    Pusat Perhatian Masa Kini : Globalisasi Kultur
Perhatian awal mengenai globalisasi kultur terdapat dalam karya antropolg-sosial sepert B.Malinowski (1881-1955). Dalam riset lapangan mereka berhadapan dengan fenomena kontak, benturan atau konflik kultural. Benturan kultural itu sangat menonjol ketika peradban barat merasuk ke dalam kultur pribumi di kawasan jajahan mereka. Sedemikian hebatnya penetrasi kultural Barat ini sehingga di awal abad ke-20 sudah sangat sedikit “masyarakat tradisional” yang tersisa di bumi ini. Seluruh penduduk dunia telah mengalami kontak bekepanjangan dengan masyarakat Barat modern yang mendominasi di bidang industri dan kekuatan politik. Penduduk dunia yang tak mengalami kontak dengan kultur Barat hanyalah sebagian kecil komunitas terpencil di pedalaman Amazon, Afrika dan Asia (Chirot, 1997:7). Gayah hidup, norma dan nilai, adat dan kebiasaan, keyakinan agma, pola kehidupan keluarga, cara produksi dan konsumsi masyarakat pribumi rusak akibat penetrasi kultur Barat modern.
Dalam masyarakat modern, reaksi serupa ditimbulkan oleh pertumbuhan kultur “Westernisasi”.  Dalam periode belakangan ini, unifikasi dan homogenisasi kultur pada skala global umumnya ditampilkan melalui media massa terutama melalui TV. “Imperialisme media” makin lama mengubah dunia menjadi “dusun global” di mana lingkup kultural dan produknya pada dasarnya adalah sama. Pengaruh serupa ditimbulkan oleh kenaikan arus wisatawan menyebarkan pola kultur masyarakat industri barat tempat mereka berasal.
Hannerz melukiskan empat kemungkinan yang akan terjadi dari penyatuan kultur di masa mendatang :
a.       Homogenisasi Global. Kultur Barat akan mendominasi seluruh dunia. Seluruh dunia akan menjadi jiplakan gaya hidup, pola konsumsi, nilai dan norma serta gagasan dan keyakinan masyarakat Barat.
b.      Kejenuhan. Tekanannya pada dimensi waktu. Makin pelan-pelan, makin berrtahap masyarakat pinggiran menyerap pola kutur barat, makin menjenuhkan mereka. Dalam jangka waktu panjang, setelah melewati beberapa generasi maka bentuk, makna dan penghayatan kultur lokal akan lenyap di kalangan masyarakat pinggiran.
c.       Kerusakan kultur pribumi dan kerusakan kultur barat yang diterima. Bentrokan dengan nilai kultur pribumi makin merusak nilai kultur Barat yang diterima.
d.      Kedewasaan. Berarti penerimaan kultur Barat melalui dialog dan pertukaran lebih seimbang ketimbang penerimaan sepihak.
Hasil akhirnya adalah percampuran kultur. Kultur di seluruh dunia sebenarnya memperlihatkan asal-usul campuran, hasil sintesis yang sudah hilang keasliannya. Percampuran ini terjadi karena terjalinnya hubungan sejak lama antara inti dan pinggiran.

4.    Citra Globalisasi Dunia Dan Ideologi Globalisme
                                    Berbagai citra baru tentang dunia muncul. Sebagian masih berada di tingkat pemikiran berdasarkan akal sehat dan sebagian lagi sudah di ungkap dalam bentuk ideologi khusus seperti globalisme atau anti globalisme. Semua citra baru itu menjadi variabel bebas yang menentukan kecenderungan globalisasi sebenarnya. Semua citra itu yang muncul dengan sendirinya sebagai tanggapan terhadap globalisasi, berubah menjadi faktor penentu globalisasi.
Robertson mengemukakan sebuah tipologi citra tentang tatanan dunia (1992: 404-409). Menurutnya ada empat citra, yaitu :
1.    Komunitas global I, membayangkan dunia sebagi mozaik komunitas-komunitas yang berhubungan erat, dengan tatanan kultural dan kelembagaan yang sederajat yang unik, atau bertingkat dengan komunitas unggul tertentu di puncaknya.
2.    Komunitas dunia II, menekankan kesatuan umat dan menganjurkan terbentuknya komunitas global penuh atau dusun dunia dengan konsensus nilai dan gagasan seluruh dunia
3.    Masyarakat global I, melihaht dunia sebagai mozaik negara berdaulat, saling terbuka dan terlibat dalam pertukaran intensif dibidang ekonomi, politik dan kultural.
4.    Masyarakat global II, membayangkan penyatuan negara-negara di dunia di bawah pemerintahan dunia baik berbentuk pemerintahan supra nasional atau pemerintahan federasi yang kompak.


D.      Globalisasi Terhadap Perubahan Masyarakat Indonesia
·      Sektor Budaya
Dahulu sebelum Globalisasi itu ada, masyarakat Indonesia terutama anak muda banyak menggemari budaya sendiri semisal Gamelan, Tari Kecak, Jaipong, Tata Krama dan berbagai budaya dan kesenian lokal, kini di era Globalisasi ini kita merasakan, melihat, dan mungkin memahami perbedaan yang sangat berbanding terbalik. Boyband, Rap, Punk, Pergaulan Bebas dan berbagai macam budaya luar cukup tinggi berkembang dan ada di Indonesia, hanya segelintir saja yang masih menggemari budaya lokal.
·      Sektor Perekonomian Indonesia
Dalam era Bung Karno, TKI dilarang bekerja untuk suatu negara, sehingga membuat masyarakat Indonesia bekerja tetap di Indonesia, pada umumnya mereka yang tinggal di desa bekerja sebagai petani dan peternak, mereka yang di kota bekerja sebagai orang kantoran. Kini di era Globalisasi sebagian masyarakat Indonesia lebih memilih bekerja pada perusahaan di luar negeri, ada yang mengadu nasib, ada yang ingin mengembangkan karir dan banyak hal lain, alhasil pemanfaatan sumber daya alam di negeri sendiri sangat kurang.


·      Sektor Lingkungan
Sektor Lingkungan juga dipengaruhi Globalisasi, salah satunya isu Pemanasan Global (Global Warming) hal ini juga membuat perubahan terhadap masyarakat, masyarakat yang berada di negara berkembang seperti Indonesia umumnya menekan dan mengecam negara-negara maju yang membuang emisi karbon dengan jumlah banyak untuk setidaknya mengurangi dengan alasan kita tinggal di satu bumi.
·      Sektor Pertahanan dan Kemanan
Semenjak era Globalisasi mulai, kini peran masyarakat Indonesia yang sebelumnya memiliki porsi peran yang besar, kini perlahan semua itu tergantikan oleh Polisi dan Tentara akibat transparansi pola negara yang banyak diketahui negara lain dan memungkinkan untuk mengambil celah yang dapat merugikan Indonesia.


E.       Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme
·      Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
1.    Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2.    Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.    Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
·      Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
1.    Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2.    Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dan lain-lain) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3.    Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4.    Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5.    Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

F.       Dampak Globalisasi
·      Dampak Positif :
1.    Meningkatkan Kemakmuran Masyarakat Suatu Negara
Didalam pasar bebas, suatu negara masyarakatnya dapat makmur bila dapat memproduksi produk dengan jumlah banyak dengan target penjualan adalah negara-negara diseluruh dunia.
2.    Perluasan Pasar
Suatu perusahaan dapat memperluas cakupan pasarnya terutama bila produksi untuk negara sendiri sudah terlalu besar sementara dibelahan dunia yang lain, banyak membutuhkan, kita ambil contoh perusahaan produksi Sarung di Indonesia banayak diantara perusahaan tersebut yang telah mengekspor ke berbagai negara terutama negara-negara di Afrika sebagai salahsatu tindakan dari perluasan pasar.


3.    Komunikasi semakin cepat dan terhubung langsung
Ketika kita sedang melakukan panggilan video melalui perangkat komunikasi terbaru semisal tablet, kita dapat menghubungi kerabat-kerabat kita atau siapapun secara langsung yang berada jauhnya sampai ke luar negeri dengan mudah.
·      Dampak Negatif :
1.    Pemudaran Kebudayaan Lokal
Globalisasi memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial budaya masyarakat dunia. Melalui teknologi informasi dan komunikasi yang canggih masyarakat seluruh dunia dapat menikmati nilai-nilai budaya global yang dapat melunturkan nilai-nilai lokal. Lunturnya nilai lokal mengakibatkan terjadinya krisis nilai dan identitas. Orang-orang cenderung bergaya hidup individualisme, pragmatisme, hedonisme, konsumerisme. Meninggalkan semangat gotong- royong solidaritas dan kesetiakawan sosial.
2.    Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, jika hal semacam ini tidak terkontrol maka bukan tidak mungkin pola hidup konsumtif menjadi keniscayaan.
3.    Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial hal inilah yang harus di perhatikan dengan seksama bagi kebanyakan orang, hal ini dapat diantisipasi dengan sering berkumpul dengan teman, diskusi di forum kampus  dan ikut organisasi yang ada disekitar lingkungan kita.
4.    Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
5.    Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.