Senin, 26 Agustus 2013

CINTA BERBUAH SURGA




          Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan kepadanya serta membuat budak menjadi pemimpin.
          Kepahitan hidup terasa manis kala hati kita dipenuhi cinta. Penderitaan bagaikan kenikmatan tiada tara ketika taburan cinta hinggap dalam jiwa kita. Rasa sakit langsung hilang tersembuhkan oleh obat cinta.
          Cinta adalah sebuah perasaan dalam diri manusia yang mampu membuat hidupnya terasa bahagia selamanya. Tiada kesedihan di situ, yang ada hanyalah kebahagiaan serba indah. Itulah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
          Persoalannya, manusia seringkali tidak memanfaatkan fitrah itu dengan sebaik-baiknya. Cinta bukannya diwujudkan dalam dua dimensi kebahagiaan, dunia dan akhirat; tetapi malah diekspresikan secara dominan pada kehidupan duniawi saja, bahkan tak jarang melupakan sama sekali kehidupan ukhrawi. Akibatnya, kerusakan di muka bumi menjadi pemandangan sehari-hari yang tak elok dilihat. Kita kerap melihat sebuah ekspresi cinta yang kebablasan dikalangan muda-mudi yang belum dihalalkan oleh PERNIKAHAN.
          Atas nama cinta pula, seorang insan rela mengorbankan banyak hal demi pasangannya. Celakanya, pengorbanan itu kadangkala mengalahkan keikhlasan untuk meninggalkan aneka kenikmatan dunia demi “bermesraan” dengan Allah, sang pencipta sejati.
Jika diminta memilih :
          Berduaan dengan pasangan ataukah berduaan dengan Yang Maha Pencipta, pilihannya jatuh pada yang pertama. Dampak buruknya, Shalat ditinggalkan, Dzikir dilupakan, Beramal Shaleh dilalaikan, Perintah dan Larangan Allah diabaikan. Astaghfirullah !!!
          Manusia semacam itu telah terperangkap dalam jeratan syetan dan karenanya wajib kita ingatkan agar tak semakin terjerumusdalam kubangan dosa. Oleh sebab itu, ketika mencintai seseorang atau sesuatu, usahakan cinta kita tidak lebih dari cinta kita kepada Allah SWT.
Renungkanlah !!!
          Telah sangan banyak dosa, salah dan khilaf yang kita perbuat, tetapi Allah tak pernah berhenti mengirimkan Karunuia-Nya pada kita. Kalau demikian, Pantaskah kita mengkhianati-Nya dengan melebihkan cinta kita kepada makhluk-Nya yang lain ???
          Rasulullah SAW. bersabda :
Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpai ku -yakni dalam tidurku- kemudian berfirman kepadaku, ”Wahai Muhammad, Katakanlah : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk Mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk Mencintai-Mu”.
          Hendaknya, kita pun juga sering memohon agar selalu mampu mencintai Allah melebihi segalanya. Rasa cinta itu bisa tumbuh kalau kita mencintai siapa saja yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Sebab, mencintai yang dicintai oleh yang tercintaadalah bagian dari mencintai yang tercinta. Terkait dengan hal itu, dalam buku Mahabbatullah (Mencintai Allah), Imam Ibnu Qayyim menyatakan bahwa “Cinta senantiasa berkaitan dengan amal dan amal sangat tergantung pada keikhlasan hati, sebab disanalah cinta Allah berlabuh”
          Dalam keikhlasan amal di hati, cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bahlan kecintaan tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah. Kepada diri sendiri meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya, ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai oleh makhluk Allah.

Wassalam

Selasa, 02 Juli 2013

PERENCANAAN (PLANNING) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Kegiatan Perencanaan (Planning) adalah langkah awal dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Langkah ini menjadi landasan bagi langkah-langkah berikutnya, yaiyu pelaksanaan, obsevasi dan refleksi. Meskipun, pelaksanaan tindakan memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran, namun tindakan tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan. Dengan perencanaan yang baik, guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan. Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi Identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan formulasi tindakan dalam bentuk hipotesis tindakan. Pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
A.       Mengidentifikasi dan Menganalisis Masalah
1.              Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi peroses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun secara drastic. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda sendiri dalam mengelola peroses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas.
Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bila mana Anda mengawalinya dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.
Sudarsono (1996/1997 : 5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan panduan untuk mengidentifikasi masalah, yaitu :
1.      Apa yang menjadi keprihatinan anda (guru, kepala sekolah) ?
2.      Mengapa anda memperhatikannya ?
3.      Menurut anda, apa yang dapat anda lakukan untuk itu ?
4.      Bukti-bukti apa yang dapat anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa yang terjadi ?
5.      Bagaimana anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut ?
6.      Bagaimana anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang telah terjadi ?
Meskipun pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi membutuhkan waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan keterbukaan dan kejujuran.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5) memamparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri :
1.      Apa yang sedang terjadi di kelas ?
2.      Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
3.      Apa pengaruh tersebut bagi kelas saya ?
4.      Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?
5.      Apa yang saya dapat lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada?
2.              Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Menganalisi masalah merupakan langkah yang harus dilakukan guru setelah melakukan identifikasi. Jika melalui identifikasi anda dapat menemukan beberapa masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajarandi kelas, maka analisis bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat menduga faktor-faktor penyebabnya. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis. Analisis dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut rifleksi, dan dapat pula mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, persiapan mengajar atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan.
Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a)              Mendapatkan Kejelasan Masalah yang Sesungguhnya
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Analisis dapat dilakukan dengann mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau dengan melakukan refleksi diri. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, apakah ketidak tertarikan siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran atau pada materi-materi tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik, ataukah cara penyampaian guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin membuat siswa merasa jenuh.
b)             Menemukan Kemungkinan Faktor Penyebab
Dengan melakukan analisis masalah secara cermat, disamping dapat menjadikan masalah semakin jelas serta spesifik, juga sekaligus dimungkinkan menemukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut. Untuk menemukan faktor penyebab dalam kegiatan analisis masalah ini ada 2 cara yang dapat dilakukan guru. Pertama, merenung kembali masalah tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus anda jawab sendiri. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu :
-              Apakah cara saya menjelaskan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa ?
-              Apakah penjelasan yang saya berikan sudah cukup disertai contoh-contoh ?
Kedua, untuk menemukan faktor penyebab munculnya suatu masalah, anda juga dapat bertanya kepada siswa, baik dengan menggunakan wawancara maupun dengan memberikan kuesioner. Pertanyaan sederhana yang dapat anda ajukan kepada siswa, misalnya :
-              Apakah kamu mengerti pelajaran yang guru jelaskan ?
-              Apa tanggapan kamu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran ?
Secara langsung maupun tidak langsung ketika guru melakukan analisis masalah seperti ini ia juga sudah terlibat di dalam memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan langkah yang positif untuk kelanjutan tahapan di dalam PTK.
c)              Menentukan Kadar Permasalahan
Untuk membantu mempertajam analisis masalah, guru dapat menganalisis beberapa komponen berikut:
1)             Menganalisis daftar hadir siswa.
2)             Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan bagaimana hasil belajar mereka peroleh.
3)             Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan ajaran yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran tersebut sudah cukup menantang atau membosankan.
4)             Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pelajaran siswa.
Menurut Borg (2001), kata benda permasalah memiliki makna konvensional dan makna teknis. Dalam pemikiran konvensional, suatu permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat kondisi yang memerlukan pembahasan, keputusan, suatu solusi atau informasi. Sebuah permasalahan penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan inventigasi empiris, yakni spengumpulan data dan analisis.
Abimanyu (dalam Wardani 2003) mengingatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan masalah adalah :
1)             Jangan memilih masalah yang anda tidak kuasai.
2)             Ambilah topik yang skalanya kecil dan relatif terbatas.
3)             Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi anda dan murid anda.
4)             Kaitkan masalah dengan upaya pengembangan sekolah.
Untuk menentukan masalah mana yang menjadi prioritas untuk dikaji atau dipecahkan melalui PTK berikut ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:
1)             Masalah harus benar-benar penting bagi guru yang berssangkutan serta bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran guna mengingkatkan kualitas pendidikan.
2)             Masalah harus dalam jangkauan kemampuan guru dalam melaksanakan tindakan kelas.
3)             Masalah yang anda harus pilih untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan harus dirumuskan secara jelas agar dapat mengungkap berbagai faktor penyebab utamannya sehingga memungkinkan dicari alternatif pemecahannya.

B.        Menilai Kelayakan Hipotesis Tindakan
1.              Memahami Hipotesis Tindakan
Secara umum, hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua varibel atau lebih (Kerlinger, 1993). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai jawaban yang yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul  (Arikunto, 1998: 67). Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu dengan variabel yang lain. Ada tiga alasan yang menopang alasan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dijabarkan dari teori-teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya, yang diuji adalah relasi (hubungan). Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah yang merupakan alasan utama mengapa ia digunakan di dalam telaah ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan, ia demikian pentingnya, sehingga kita berani mengatakan bahwa jika tidak ada hipotesis tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti yang sepenuh-penuhnya (Kerlinger, 1993).
Borg dan Gall (2003), mengajukan beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis :
a)      Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
b)      Hipotesis harus dengan nyata menujukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
c)      Hipotesis harus didukung oleh teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Hipotesis tindakan harus dibuat atau dirumuskan dengan melakukan kajian terhadap teori atau dengan mengkaji pengalaman dalam praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Merumuskan hipotesis tindakan guru dapat melakukan beberapa bentuk kegiatan, yaitu :
a)      Kajian literature khususnya teori pendidikan atau pembelajaran.
b)      Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
c)      Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti dan lain-lain.
d)     Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan.
McMillan dan Schumecher (2001), melihat pentingnya peran kajian literatur ini karena kegiatan ini akan membantu peneliti menetapkan secara cermat signifikansi masalah yang akan diteliti sehingga akan semakin mampu membimbing pikiran peneliti untuk membatasi masalah penelitiannya, mengembangkan rencana penelitian, memilih metode dan alat ukur yang  tepat serta mengembangkan hipotesis.
2.              Menilai Kelayakan Hipotesis
Beberapa persyaratan yang harus dikaji untuk menilai kelayakan suatu tindakan yang akan dikembangkan melalui PTK seperti berikut ini.
a)      Memiliki Pengetahuan dan Pengalaman
Guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan PTK, baik cara merencanakan, melaksanakan, pengumpulan dan analisi dta dan refleksi serta hal-hal lain yang terkait dengan pelaksanaan PTK. Secara umum ada 2 hal yang harus dipahami guru. Pertama, pemahaman tentang hal berkaitan dengan substansi tindakan yang dipilih sebagai solusi pemecahan masalah pembelajaran. Kedua, pemahaman berkenaan dengan PTK itu sendiri. Jika kedua komponen ini telah dipahami guru, maka ia dapat merencanakan PTK. anda  tentu masih ingat saran yang sering disampaikan dalam beberapa bagian pembahasan, yaitu jangan mengambil atau mengangkat suatu maslah untuk dikembangkan dalam PTK jika guru tidak memilik pemahaman yang memadai tentang hal itu.
b)      Kemampuan Siswa
Pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa merupakan sentral dari segala kegiatan pembelajaran. Jika hal ini kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah lupa memikirkan tindakan yang kita pilih untuk dikaji dari dimensi mereka. hal pokok yang sangat penting dilakukan adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan. beberapa seringnya latihan itu dilakukan dan berapa banyak jumlah soal yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh guru secara cermat, karena ketidak tepatan di dalam penentuannya, disamping memberikan beban yang tidak sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi siswa di dalam mengerjakan latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal itu terjadi maka harapan guru agar terjadi perubahan hasil belajar pada siswa-siswanya hanya menjadi angan-angan belaka, sementara ia telah menghabiskan waktu dan energi yang tidak sedikit untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan dalam PTK, Kaji dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa anda.
c)      Ketersediaan Sarana dan Fasilitas
Jika tindakan perbaikan yang tertuang dalam hipotesis anda berkaitan dengan penggunaan sarana atau fasilitas tertentu, maka di samping mengkaji poin pertama dan kedua di atas, anda juga harus mengkaji ketersediaan dan keterpakaian sarana dan fasilitas pendukung tersebut.
Mungkin pada tempat yang berbeda atau kesempatan lain di lingkungan sekolah anda, ada guru yang bermaksud meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan atau memanfaatkan alat-alat seni melalui proses pembelajaran kesenian yang dikelolanya. Penelitian semacam ini baik untuk dilakukan karena perubahan  hasil belajar yang diharapkan dapat diamati secara langsung oleh guru.
d)     Waktu yang Tersedia
Tugas utama guru adalah mengajar. Oleh sebab itu pelaksanaan peroses pembelajaran di kelas selalu diupayakan agar tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain, terlebih lagi kegiatan tersebut memang ditujukan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran seperti PTK. Guru harus cermat menetapkan waktu untuk melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajarannya. Sekali lagi anda tidak boleh mengabaikan faktor waktu dalam menilai kelayakan hipotesis tindakan anda. Karena kegagalan suatu tindakan seringkali lebih banyak terjadi bukan karena kurangnya kemampuan guru atau kurangnya sarana dan fasilitas, akan tetapi karena keterbatasan waktu untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang telah dirancang.
e)      Iklim Kelas dan Iklim Sekolah
Adakalanya guru berhadapan dengan suatu keadaan yang berada di luar kemampuan dan wewenangnya untuk merubah atau mengintervensinya, padahal keadaan itu sangat mengganggu peroses pembelajaran. Iklim psikologis juga dapat memberikan pengaruh bagi kelancaran pelaksanaan tindakan dalam PTK. Karena itu berkaitan dengan iklim kelas dan sekolah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkaji secara cermat kelayakan hipotesis anda.
-          Yakinkan bahwa tindakan perbaikan yang akan anda lakukan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran kelas-kelas yang lain.
-          Yakinkan bahwa petunjuk-petunjuk atau penjelasan yang akan anda sampaikan berkenaan dengan tindakan dalam PTK anda.

-          Yakinkan diri anda bahwa tindakan perbaikan yang anda pilih didukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang sudah ada.

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), langkah-langkah/prosedur umum yang dapat dilakukan meliputi :
1.      Pengembangan/Penetapan Fokus Masalah Penelitian
2.      Perencanaan Tindakan Perbaikan
3.      Pelaksanaan Tindakan Perbaikan, Observasi dan Interpretasi
4.      Analisis dan Refleksi
5.      Perencanaan Tindak Lanjut

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1.      Pengembangan/Penetapan Fokus Penelitian
a.       Merasakan adanya masalah
Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan masalah yang disarankan, apalagi disarankan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil belajar, dan interaksi pembelajaran.
b.      Identifikasi Masalah
Pada tahap ini yang penting dilakukan adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
c.       Analisis Masalah
Setelah memperoleh sekian banyak permasalahan melalui proses identifikasi, maka selanjutnya melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi mengatasinya. Dalam hal ini nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi (pembatasan masalah).
d.      Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus penelitian, maka perlu dilakukan perumusan masalah secara lebih jelas, spesifik, dan operasional.

2.      Perencanaan Tindakan
a.       Perumusan/Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipotesis Tindakan
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat maka peneliti dapat melakukan :
1)      Kajian teoritik dibidang pembelajaran.
2)      Kajian hasil penelitian yang relevan.
3)      Diskusi dengan teman sejawat.
4)      Kajian pendapat para pakar.
5)      Merefleksi pengalaman sendiri sebagai guru.
b.      Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Pada langkah ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari sejumlah hipotesis tindakan yang diperolehnya baik dari segi jarak antara kondisi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, ini berarti bahwa implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku peneliti.
c.       Persiapan Tindakan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya :
1)      Membuat skenario pembelajaran.
2)      Mempersiapkan fasilitas/sarana pendukung yang diperlukan.
3)      Mempersiapkan cara merekan dan menganalisis data.
4)      Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika dipandang perlu).

3.      Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a.       Pelaksanaan Tindakan
Setelah semua kegiatan persiapan selesai, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan kemudian dilakukan dalam situasi yang nyata. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi serta kegiatan refleksi.
b.      Observasi dan Interpretasi
Dalam penelitian tindakan kelas, observasi merupakan upaya untuk merekam segala peristiwa/kegiatan yang yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Hal penting untuk dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi.

c.       Diskusi balikan
Observasi yang dilakukan akan memberikan kemanfaatan yang banyak jika pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Diskusi balikan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari waktu observasi, bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat, diinterpretasikan bersama-sama antara pelaku tindakan perbaikan dan pengamat, dan pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan selanjutnya.

4.      Analisis dan Refleksi
a.       Analisis data
Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, mengorganisasikan secara urut/sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian tindakan kelas.
Analisis data yang bersifat kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular, matriks, representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang singkat dan padat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis menggunakan analisis statistik.
b.      Refleksi
Dalam penelitian tindakan kelas, refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dan atau yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian tindakan kelas yang ditetapkan. Dengan perkataan lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai akhir.

5.      Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini atau belum. Apabila hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang sama seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan jika pada siklus 2 permasalahan telah terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak perlu dilanjutkan siklus 3. Namun jika pada siklus 2 masalahnya belum terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke 3, dan seterusnya sampai hasilnya memuaskan.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) jumlah siklus sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu, hal ini tergantung kepada permasalahannya. Ada penelitian tindakan kelas yang mungkin cukup satu siklus, tetapi ada juga yang memerlukan beberapa siklus. Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung kepada terselesaikannya masalah yang diteliti.
                            
                                               

MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki banyak manfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ada banyak hal yang menjadi alasannya. Di antaranya bahwa, hasil-hasil dari PTK dapat langsung dimanfaatkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas guru yang bersangkutan.

A.    Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Menurut Ahli
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1.Mohammad Asrori (2007:15) menyatakan bahwa manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dikaji dari beberapa pembelajaran dikelas. Manfaat yang terkait dengan komponen  pembelajaran antara lain :
a.Inovasi pembelajaran
b.Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas 
c.Peningkatan profesionalisme guru
2. Sukayati (2008: 13) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terkait dengan pembelajaran hampir sama dengan yang disampaikan oleh Mohammad Asrori antara lain mencakup hal-hal berikut:
a.Inovasi, dalam hal ini guru perlu selalu mencoba, mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan zaman.
b.Pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, PTK dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk mengembangkan kurikulum. Hasil-hasil PTK akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum baik di tingkat kelas maupun sekolah.
c.Peningkatan profesionalisme guru, keterlibatan guru dalam PTK akan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan.
3.Rustam dan Mundilarto (2004) mengemukakan manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru, yaitu:
a.Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran
b.Meningkatkan profesionalitas guru
c.Meningkatkan rasa percaya diri guru
d.Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
4.Cole dan Knowles (Prendergast, 2002:3-4) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal.
5.Noffke (Prendergast (2002:5), manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru.
6.Whitehead (1993) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman tentang pedagogik dalam rangka memperbaiki pembelajarannya.
7.Prendergast (2002) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah :
a.Dapat membantu pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa
b.Peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru.

B. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Siswa, Guru, Sekolah dan Teori Pendidikan
1.Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Siswa dan Pembelajaran
Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK. Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya. Adapun Manfaat PTK bagi siswa secara terperinci yaitu :
a. Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah
b. Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah
c.Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah
d.Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat
e.Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan siswa dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru
2.Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru
a.Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
b.Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
c.Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran. 
d.Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Adapun Manfaat PTK bagi sekolah secara terperinci yaitu :
a.Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
b.Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
c.Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
d.Menumbuh-kembangkan budaya ilmiah di lingkungan sekolah, untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
e.Memberikan nilai tambah (value added) yang positif bagi sekolah
f.Menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan sekolah yang sudah berjalan
4.Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Teori Pendidikan
Manfaat bagi teori pendidikan yaitu dapat menjadi jembatan teori dan praktik, dengan artian seorang praktisi ataupun guru akan berkolaborasi dengan seorang akademikus sehingga berpotensi menerjemahkan teori yang bersifat konseptual menjadi hal-hal yang bersifat riil dan praktis.

Dari beberapa penjelasan diatas, maka adapun manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Secara umum, yaitu :
1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
2.Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan karir guru.
3.Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
4.Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
5.Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.
6.Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.