A.
Pengertian
Masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara
harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan
seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak
mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang
tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang
lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah
sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari definisi masalah dan
belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut
:
“Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan
dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar
siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang
dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan
belajar.
B.
Jenis-Jenis
Masalah Belajar
1.
Learning Disorder (Kekacauan Belajar)
Keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya.
Contoh : Siswa yang sudah terbiasa dengan
olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.
Learning Disfunction
Merupakan gejala dimana proses
belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya
siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat
indra, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh : Siswa yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
3.
Under Achiever
Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh : Siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ =
130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat
rendah.
4.
Slow Learner (Lambat Belajar)
Slow learner adalah siswa yang
lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang
sama.
5.
Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
Mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya.
C.
Faktor-Faktor
Penyebab Masalah Belajar
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari
dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah
belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan
sesudahnya, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum
kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya
sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
1. Faktor Internal
a. Ciri Khas/Karakteristik Siswa
Dapat dilihat
dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat
tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila siswa tidak memiliki minat
untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.
b.
Sikap terhadap
Belajar
Sikap siswa
dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan belajar merupakan
bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak
ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila
lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang
memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
c. Motivasi Belajar
Di dalam
aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan
atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan
sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya
kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi
merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi tercapainya hasil
belajar yang diharapkan.
d. Konsentrasi Belajar
Kesulitan
berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa,
karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu
memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru.
e. Mengelola Bahan Ajar
Siswa mengalami
kesulitan di dalam mengelola bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang
dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya
dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk terus mengelola
bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang
berlangsung secara dinamis
f. Rasa Percaya Diri
Salah satu
kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan
mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri
umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu
aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar,
akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan
dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
g. Kebiasaan Belajar
Adalah perilaku
belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga
memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. Ada beberapa bentuk
kebiasaan belajar yang sering dijumpai seperti, belajar tidak teratur, daya
tahan rendah, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, tidak memiliki
catatan yang lengkap, sering datang terlambat, dan lain-lain
h. Tingkat Kecerdasan Rendah
Walaupun
tingkat kecerdasan seorang siswa bkanlah nilai mutlak dan berubah-ubah, hal ini
tetap saja dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
Tingkat kecerdasan atau kemampuan dasar yang rendah bisa menjadi salah satu
penyebab kesulitan belajar pada diri siswa.
i. Kesehatan, Gangguan Fungsi Alat Indera, dan Alat Perseptual
Kondisi tubuh
yang sakit, kurang gizi dan vitamin dapat menyebabkan kurang maksimalnya proses
belajar. Begitupun jika terjadi gangguan pada fungsi alat indera, seperti
gangguan penglihatan dan pendengaran yang dapat secara langsung menjadi
penyebab terjadinya keslitan dalam belajar. Hal yang sama juga dapat terjadi
jika terdapat gangguan dalam proses penafsiran pesan di otak (alat perseptual).
2.
Faktor
Eksternal
a. Guru
Guru harus
mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi,
melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam
batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran, guru mampu
mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing
dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan
mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun
jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat
menghambat pencapaian hasil belajar mereka.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru
yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka
memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan
perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri
dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki
penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya
juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai
usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan
mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga
anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang
harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya. Menurut Belmon dan Morolla
(1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang
berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan
intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang
jumlah anaknya sedikit.
b. Keluarga (Rumah)
Masalah-masalah
dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi anak untuk fokus dalam
belajar, beberapa diantaranya adalah;
-
Keluarga tidak
utuh atau kurang harmonis.
-
Sikap orang tua
yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
-
Keadaan
ekonomi.
-
Harapan orang
tua yang terlalu tinggi
-
Orang tua yang
pilih kasih
c. Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)
Lingkungan
sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Tidak sedikit
siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya
yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
d. Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan
panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk mengembangkan
proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka dipastikan kurikulum
tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan di mana perubahan kurikulum pada
sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu :
-
Tujuan yang
akan dicapai berubah
-
Isi pendidikan
berubah
-
Kegiatan
belajar mengajar berubah
-
Evaluasi belajar
e.
Sarana dan
Prasarana
Ketersediaan
prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran
yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan
sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi
untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan
prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung
terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
D.
Gejala
Siswa yang mengalami Kesulitan Belajar
1. Menunjukkan prestasi yang rendah/di
Bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat melaksanakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal
dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal
latihan.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar
seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta.
5. Menunjukkan tingkah laku yang
berlainan, misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut,
kurang gembira, selalu sedih.
Burton (Abin Syamsuddin. 2003)
mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang
ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
Menurutnya siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
1. Dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan
materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan
oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan,
bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam
under achiever.
3.
Tidak
berhasil tingkat penguasaan materi (mastery
level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran
berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature),
sehingga harus menjadi pengulang (repeater).
E.
Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan
Mengatasinya
Yang dimaksud dengan proses
mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres.
Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi
adanya kesulitan belajar pada muridnya. Diagnosis masalah belajar dilakukan
secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Adanya Masalah
Belajar.
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan
seperangkat keterampilan khusus, sebab kemampuan
mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belakang kurang efektif. Gejala-gejala
munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul
dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya hasil
belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagi bentuk seperti:
suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran dan lain sebagainya.
2. Menelaah Atau Menetapkan Status
Siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
-
Menetapkan
tujuan khusus yang diharapkan dari murid
- Menetapkan
tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan
alat yang tepat.
- Menetapkan
pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang
ditetapkan itu.
3. Memperkirakan Sebab Terjadinya
Masalah Belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang
kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa
prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah
belajar:
-
Gejala
yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
-
Sebab
yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
-
Berbagai
penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin
kompleks.
F.
Upaya-Upaya
Penanggulangan Masalah Belajar
1. Perhatikan
Mood
Untuk
mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar
anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar
dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat
ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab
munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena
konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si
anak.
2. Siapkan
Ruang Belajar
Kesulitan
belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu,
coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini, bisa melakukannya dengan menularkan
cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu
ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat
larut dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa
yang dijalaninya sekarang.
3. Komunikasi
Masa
kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar.
Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan
dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan
anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah.
Jika, anak aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru
kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi
ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak
berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.
4. Mengidentifikasi
siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Adapun
langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
- Menandai
siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami
kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi
-
Meneliti
nilai ulangan yang tercantum dalam “record
academic” kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan
kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
-
Menganalisis
hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
- Melakukan
observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu
mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang
diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa
di rumah melalui check list.
- Mendapatkan
kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan guru pembimbing.
5. Mengalokasikan
letaknya kesulitan atau permasalahannya.
Dilakukan dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi
tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran,
kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar.
6. Melokalisasikan
jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan.
7. Memperkirakan
alternatif pertolongan
Menetapkan
kemungkinan cara mengatasinya baik yang bersifat mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif).
G.
Langkah-Langkah yang Ditempuh untuk
Menjamin Keberhasilan Belajar
1. Identifikasi
Masalah Siswa
Identifkasi masalah siswa adalah untuk menentukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan bantuan. Langkah ini "sangat
mendasar sekali" dan merupakan awal kegiatan bimbingan terhadap siswa yang
bermasalah, untuk menentukan masalah yang dialaminya. Dalam bimbingan belajar
siswa, masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Dikandung maksud agar siswa
yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut
mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, instrumen.
2. Diagnosa
Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan
sebagai rumusan-rumusan
masalah siswa, jenis kesulitan serta latar belakang kesulitan dalam pelajaran,
serta kesulitan belajar atau masalah yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari
sehingga mempengaruhi belajarnya.
3. Prognosa
Prognosa merupakan kegiatan memperkirakan permasalahan,
apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak segera mendapat bantuan.
Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat diberikan kepadanya.
4. Pemberian
Bantuan
Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan,
motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar melalui
latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin.
Dari beberapa pendapat para ahli
dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
ditujukan kepada individu atau kelompok siswa agar yang bersangkutan dapat
mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya
agar selanjutnya dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam
menentukan jalan hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta
dapat memahami lingkungannya secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan
hidupnya.
Langkah-langkah bimbingan belajar:
- Mengenal siswa yang mendapat kesulitan belajar dengan
menggunakan norma atau ukuran kriteria tertentu.
-
Mencari
sebab-sebab siswa mendapat kesulitan.
-
Mencari
usaha untuk membantu memecahkan kesulitan-kesulitan itu.
- Mengadakan
pencegahan supaya kesulitan yang dialami seseorang tidak menular kepada yang
lain (Sutijono, S, 1991 : 49).
5. Tindak
Lanjut
Tindak
lanjut kegiatan bimbingan belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan
atau ketidakberhasilan, usaha-usaha memberikan bantuan pemecahan masalah yang
telah diberikan.