A. Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum yang penting dalam kegiatan
evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu :
1.
Tujuan
pembelajaran
2.
Kegiatan
pembelajaran atau KBM, dan
3.
Evaluasi
Penjelasan dari bagian
triangulasi adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan antara
Tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk
rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antar keduanya
mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga
mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujaun dilanjutkan
pemikirannya ke KBM.
2.
Hubungan antara
Tujuan dengan Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk
mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian, maka anak
panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari
langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah
dirumuskan.
3.
Hubungan antara
KBM dengan Evaluasi
Evaluasi harus mengacu dan disesuaikan dengan KBM yang
dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru
dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur
tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.
B. Alat Evaluasi
Alat adalaah sesuatu yang yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara
lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah
“instrumen”. Dengan demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen
evaluasi. Ada dua teknik evaluasi, yaitu teknik nontes dan teknik tes.
1. Teknik Nontes
a. Skala
Bertingkat (Rating Scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang ebrbentuk angka
terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan : Rating gives a numerical value to some kind of
judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka. Contoh :
skor yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi
belajar siswa. Biasanya, angka-angka yang digunakan diterapakan pada skala
dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkatdari yang rendah ke yang
tinggi. Dengan demikian, skala ini dinamakan skala bertingkat.
b. Kuesioner (Questionair)
Kuesioner (Questionair)
juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuahdafta
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang di ukur (responden). Dengan
kuesioner ini, orang dapat diketahui tentang keadaan / data diri, pengalaman,
pengetahuan, sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Kuesioner dapat ditinjau
dari beberapa segi, yaitu :
1)
Ditinjau dari
segi siapa yang menjawab :
a) Kuesioner
langsung adalah Kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh responden.
b)
Kuesioner tidak
langsung adalah Kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh responden.
2)
Ditinjau dari
segi cara menjawab :
a)
Kuesioner tertutup
adalah Kuesioner yang disususn dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap
sehingga responden hanya memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b) Kuesioner
terbuka adalah Kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas
menemukakan pendapatnya.
c. Daftar
Cocok (Check List)
Daftar Cocok (Check
List) adalah deretan pernyataan (yang biasanya disingkat-singkat), dimana
responden dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah
disediakan.
d. Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview)
adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1) Wawancara bebas,
dimana responden mempunyai kekbebasan unutu mengutarakan pendapatnya, tanpa
dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
2) Wawancara
terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disususn terlebih dahulu.
e. Pengamatan (Observation)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis. Ada dua macam observasi, yaitu :
1) Observasi
partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal ini
pengamat memasuki dan megikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
2) Observasi
sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sistematis dan sudah diatur kategorinya. Dalam observasi sistematik
pangamat berada diluar kelompok.
3)
Observasi
eksperimental terjadi jikapengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
f. Riwayat
Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya.
Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
2. Teknik Tes
Berikut ini beberapa pendapat para
ahli mengenai pengertian tes, yaitu :
a.
Dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”, Amir Daien Indrakusuma mengatakan : Tes
adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan
cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
b.
Dalam bukunya “Teknik-Teknik Evaluasi”, Mucthar Bukhori mengatakan : Tes ialah
suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil
pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.
c. Dalam buku “Encyclopedia
of Educational Evaluation”, diterangkan “Test
is comprehensive assessment of an individual or to an entire program evaluation
effort” (Tes adalah penilaian yang kompherensif terhadap seorang individu
atau keseluruhan usaha evaluasi program).
Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tes
merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan
alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan
batasan-batasan. Apabila rumusan yang telah disebutkan di atasdikaitkan dengan
evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes
mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi menjadi
tiga, yaitu :
a. Tes
Diagnostik
Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat
dilakukan penanganan yang tepat.
-
Tes Diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah
calon siswa sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima
pengetahuan di sekolah. Dalam penggalan kecil, tes diagnostik ke-1 dilakukan
untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar untuk dapat menerima
pengetahuan lainnya. Pengetahuan dasar ini biasa disebut dengan pengetahuan
bahan prasyarat (prerequisite). Oleh
karena itu, tes ini juga disebut tes prasyarat atau prerequisite test.
-
Tes Diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang akan mulai mengikuti program.
Apabila cukup banyak siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu
kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu pembagian khusus. Dengan
demikian, tes diagnostik berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).
-
Tes Diagnostik ke-3 dilakukan tethadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lancar. Sebagai guru yang
bijaksana, sebaiknya sesekali melakukan tes diagnostik untuk bagian mana dari
materi pelajaran yang diberikan belum dikuasai oleh siswa. Selain itu, ia harus
mendeteksi apa penyebabnya. Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut, guru
dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
-
Tes Diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan megakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru
akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
b. Tes
Formatif
Kata form
yang merupakan dasar dari istilah formatif, maka evaluasi formatif dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program
tertentu. Dalam hal ini, tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes
diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan
pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu
sendiri.
1)
Manfaat bagi
Siswa
a)
Digunakan untuk
mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi program secara menyeluruh.
b)
Merupakan
penguatan (reinforcement).
c)
Usaha perbaikan.
d)
Sebagai
diagnosis.
2)
Manfaat bagi
Guru
a)
Mengetahui
sampai sejauh mana materi yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
b)
Mengetahui
bagian-bagian mana dari materi pelajaran yang belum dikuasai siswa.
c)
Dapat meramalkan
sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
3)
Manfaat bagi
Program
Setelah
diadakan test formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat
diketahui :
a)
Apakah program yang telah diberikan merupakan program
yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b)
Apakah program tersebut membutuhkan
pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan.
c)
Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk
mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d)
Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang
digunakan sudah tepat.
c. Tes Sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah
berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang lebih besar. Dalam
pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian,
sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya
dilaksanakan pada tiap akhir semester. Ada beberapa manfaat etesumatif, yaitu :
1)
Untuk mementukan
nilai. Tes sumatif ini digunakan untuk menentukan kedudukan seorang anak
diantara teman-temannya. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan
dengan anak-anak lain.
2)
Untuk menentukan
seseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program
berikutnya. Dalam hal ini, tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
3)
Untuk mengisi
catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi :
a)
Orang tua siswa.
b)
Pihak bimbingan
dan penyuluhan di sekolah.
c)
Pihak-pihak lain
apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, melanjutkan sekolah, atau memasuki lapangan
pekerjaan.
d. Tes
Formatif dan Tes Sumatif dalam Praktek
Dalam pelaksanaanya di sekolah, tes formatif ini
merupakan ulangan harian, sedangkan tes sumatif biasa kita kenal sebagai
ulangan umum yang diadakan pada akhir semester.
Dalam pelaksanaan tes sumatif di sekolah-sekolah, ada
yang disamakan antara satu daerah atau wilayah administrative, dan dikenal
sebagai THB (Tes Hasil Belajar), TPB (Tes Prestasi Belajar), atau istilah lain
lagi.
Atas dihapuskannya ujian negara menjadi ujian sekolah,
maka tes sumatif bersama (THB dan TPB) ini mempunyai kebaikan dan kelebihan.
Kebaikan THB bersama :
1)
Pihak atasan
atau pengelola sekolah-sekolah (IPDA, Dinas P dan K atau Kanwil P dan K) dapat
membandingkan kemajuan sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya.
2) Karena
dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lain. Maka akan timbul
persaingan yang sehat antar sesamanya.
3) Standar
pelajaran akan terpelihara dengan sebaik-baiknya karena soal tes yang diberikan
disusun oleh Dinas P dan K atau Kanwil P dan K.
Keburukan
THB bersama :
1) Ada kemungkinan
akan terjadi pemberian pelajaran yang hanya berorientasi pada “ujian” dengan
cara memberikan latihan mengerjakan soal yang sebanyak-banyaknya.
2) Tidak menghiraukan
jika terjadi beberapa bentuk kecurangan karena ada sekolah (sekolah-sekolah)
yang ingin mendapat nama baik.
e. Perbandingan
antara Tes Diagnostik, Tes Formatif dan Tes Sumatif
Untuk memperoleh gambaran mengenai tes diagnostic, tes
formatif, dan tes sumatif secara lebih mendalam, berikut ini akan disajikan
perbandingan antara ketiganya. Dalam membandingkan, akan ditinjau dari 9 aspek,
yaitu :
1)
Ditinjau
dari Fungsinya
a) Tes
diagnostik
-
Menentukan apakah bahan prasyarat telah dikuasai atau
belum.
-
Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan
yang dipelajari.
-
Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan
kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari.
-
Menetukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami
untuk menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
b) Tes formatif
Sebagai
umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu
unit program.
c) Tes sumatif
Untuk
memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta
menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
2)
Ditinjau
dari Waktu
a) Tes
diagnostik
-
Pada waktu penyaringan calon siswa.
-
Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan
pelajaran.
-
Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan
bantuan siswa.
b) Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk
mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
c) Tes sumatif
Pada akhir unit caturwulan, semester
akhir tahun, atau akhir pendidikan.
3)
Ditinjau
dari Titik Berat Penilaian
a) Tes
diagnostik
-
Tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor.
-
Faktor-faktor fisik, psikologis, dan lingkungan.
b) Tes formatif
Menekankan pada tingkah laku
kognitif.
c) Tes sumatif
Pada umumnya menekankan pada tingkah
laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan
kadang-kadang pada afektif.
4)
Ditinjau
dari Alat Evaluasi
a) Tes
diagnostik
-
Tes prestasi belajar yang sudah distandarisasikan.
-
Tes diagnostik yang sudah distandarisasikan.
-
Tes buatan guru.
-
Pengamatan dan daftar cocok (check list).
b) Tes formatif
Tes prestasi belajar yang tersusun
secara baik.
c) Tes sumatif
Tes ujian akhir.
5)
Ditinjau
dari Cara Memilih Tujuan Yang Dievaluasi
a) Tes
diagnostik
-
Memilih tiap-tiap keterampilan prasyarat.
-
Memilih tujuan setiap program pelajaran secara
berimbang.
-
Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik,
mental, dan perasaan.
b) Tes formatif
Mengukur semua tujuan instruksional
khusus.
c) Tes sumatif
Mengukur tujuan instruksional umum.
6)
Ditinjau
dari Tingkat Kesulitan Tes
a) Tes
diagnostik
Untuk tes diagnostik mengukur
keterampilan dasar, diambil soal tes yang mudah yang tingkat kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
b) Tes formatif
Belum dapat ditentukan
c) Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35
sampai 0,70. Ditambah beberapa soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang
sangat sukar.
7)
Ditinjau
dari Scoring (Cara Menyekor)
a) Tes Diagnostik
Menggunakan standar mutlak dan standar relatif (criterion referenced and norm referenced).
b) Tes Formatif
Menggunakan standar mutlak (criterion
referenced).
c) Tes Sumatif
Kebanyakan menggunakan standar relatif (norm referenced), tetapi dapat pula dipakai standar mutlak (criterion referenced).
8)
Ditinjau
dari Tingkat Pencapaian
Yang dimaksud dengan tingkat
pencapaian adalah skor yang harus dicapai siswa dalam setiap tes.
a)
Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan,
tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi tentang
keberhasilannya.
b)
Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk
mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan insruksional umum yang diuraikan
menjadi tujuan instruksional khusus.
c)
Tes sumatif
Sesuai dengan fungsi tes sumatif
yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program
dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan dalam
kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat
penguasaan yang dicapai.
9)
Ditinjau
dari Cara Pencatatan Hasil
a) Tes
diagnostik
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk
profil.
b) Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam
bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai suatu tugas.
c) Tes sumatif
Keseluruhan skor atau sebagian skor dari
tujuan-tujuan yang dicapai.
Scawia B. Anderson membedakan tes menurut
dimensi-dimesi seperti di bawah ini :
1. Tes ditinjau
dari unsur suatu kegiatan dapat
dibedakan atas: tes pengukur proses dan tes pengukur hasil.
2. Tes ditinjau
dari tujuan penggunaan hasil,
dibedakan atas: tes formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif.
3. Tes ditinjau
dari konstruksi yang diukur,
dibedakan atas: tes kepribadian, tes bakat, tes kemampuan, tes minat, perhatian
dan sikap.
4. Tes ditinjau
dari isi atau bidang studi dibedakan
atas: tes matematika, sejarah, IPA, olahraga, keterampilan, dan sebagainya.
5. Tes ditinjau
dari lingkuo materi yang diungkap dibedakan
atas tes pencapaian dan tes penelusuran.
6. Tes ditinjau
keragaman butir atau tugas dibedakan
atas: tes homogeny dan tes heterogen.
7. Tes ditinjau
dari cara tester memberikan respons, dibedakan
atas: tes tertulis, tes lisan, tes penampilan, tes pengenalan.
8. Tes ditinjau
dari cara skoring dibedakan atas tes
objektif dan tes subjektif.
9. Tes ditinjau
dari standar dalam menentukan jawaban,
yakni tes yang menuntut adanya kebenaran mutlak dan tes yang dimaksudkan untuk
sekedar mengetahui keadaan seseorang.
10. Tes ditinjau
dari cara pengadministratian
dibedakan atas: pre-test dan post-test.
11. Tes ditinjau
dari tekanan aspek yang diukur,
dibedakan atas speed test dan power test.
12. Tes ditinjau
dari banyaknya testee yang dites,
dibedakan atas: tes individual dan tes kelompok.
13. Tes ditinjau
dari penyusunannya, dibedakan atas:
tes buatan guru dan tes yang diperdagangkan, yang dikenal dengan tes
terstandar.