Kamis, 16 Mei 2013

KOORDINASI, KOMUNIKASI DAN SUPERVISI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


A.    Koordinasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Koordinasi atau dalam bahasa Inggris coordination, berasal dari bahasa latin, yakni cum yang berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu pada keharusannya (westra, 1983). Dalam kamus besar Indonesia, koordinasi diartikan sebagai perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yg akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur.
Koordinasi berkaitan dengan penempatan berbagai kegiatan yang berbeda-beda pada keharusan tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak membosankan. Koordinasi juga dapat diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
Penggunaan istilah koordinasi sering tertukar dengan istilah kerja sama (cooperation). Padahal, koordinasi lebih daripada sekedar kerja sama karena dalam koordinasi juga terkandung singkronisaasi. Sementara kerja sama merupakan suatu kegiatan kolektif dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian kerjasama dapat terjadi tanpa koordinasi, sedangkan dalam koordinasi pasti ada upaya untuk menciptakan kerjasama.

1.      Karakteristik Koordinasi
Handayaningrat (1992) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut:
a.Tanggung Jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi menjadi wewenang dan tanggung jawab pimpinan, sehingga dapat dikatakan bahwa pimpinan bisa berhasil jika melakukan koordinasi.
b.Koordinasi adalah kerja sama. Hal ini disebabkan kerja sama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi.
c.Koordinasi merupakan proses yang terus menerus (continue process). Dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan tujuan lembaga
d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok, bukan usaha individu melainkan sejumlah individu yang berkerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
e.Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi.  Pimpinan merupakan pengatur usaha-usaha dan tindakan-tindakan setiap individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
f.Tujuan Koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose) Kesatuan usaha yang meminta kesadaran semua pihak untuk berpartisipasi secara aktif melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok tempat mereka bekerja.

2.      Prinsip-Prinsip Koordinasi
Prinsip-prinsip koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
b. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama.
c.Koordinasi merupakan proses terus menerus dan berkesinambungan.
d.Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
e. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.

3.      Manfaat Koordinasi
Koordinasi sangat diperlukan dalam managemen, terutama untuk menyatukan kesamaan pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan organisasi. Koordinasi diperlukan untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian yang lain sehingga tercipta suatu kegiatan yang terpadu mengarah pada tujuan umum lembaga sebagaimaana jari-jari kerangka payung. Tanpa koordinasi, spesialisasi dan lembagian kerja yang dilakukan pada setiap usaha kerja sama akan sia-sia karena setiap bagian cenderung hanya memikirkan pekerjaan atau tugas masing-masing dan melupakan tujuan lembaga secara keseluruhan.
Melalui koordinasi setiap bagian yang menjalankan fungsi dengan spesialisasi tertentu dapat disatupadukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga dapat menjalankan peranannya secara selaras dalam mewujudkan tujuan bersama.  Koordinasi sangat penting meningkatkan efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan lembaga.
Dengan demikian, manfaat koordinasi dalam manajemen dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisah satu sama lain antara atasan dan bawahan.
b.Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya merupakan yang paling penting.
c.Mengurangi dan menghindakan kemungkinan timbulnya pertentangan antar pejabat dan pelaksana.
d. Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
e.Menghindarkan terjadinya peristiwa menunggu yang memakan Waktu lama.
f.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kesamaan pekerjaan sesuatu kegiatan.
g.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan sesuatu program atau kekosongan pengerjaan tugas oleh para manajer.
h.Menumbuhkan kesadaran tugas oleh para manajer untuk saling memberikan bantuan satu sama lain terutama bagi mereka yang berada dalam wilayah yang sama.
i. Menumbuhkan kesadaran para manajer untuk saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama dan bekerjasama dalam memecahkannya.
j.Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah di antara para atasan atau bawahan.
k.Menjamin adanya kesatuan langkah dan tindakan diantara manajer.
l. Menjamin kesatuan sikap diantara manajer.
m.Menjamin kesatuan kebijaksanaan di antara manajer dalam wilayah tertentu.
Dapat dikemukakan bahwa manfaat utama koordinasi dalam managemen adalah untuk menumbuhkan sikap egaliter, serta meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan diantara atasan dan bawahan dengan tetap menghargai kewajian dan wewenang masing-masing.  Dengan demikian, setiap atasan dan bawahan, tidak terjebak oleh kepentingan masing-masing  bagian yang sempit sehingga dapat menjalankan perannya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuah sekolah secara kaffah ( menyeluruh).
4.      Macam-Macam Koordinasi
Dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktifitas kerja, koordinasi harus dilakukan di semua tingkatan, baik di pusat maupun didaerah, bahkan dalam kesatuan-kesatuan administratif, seperti bidang, seksi, bagian, sampai dengan kesatuan-kesatuan yang paling kecil.  Demikian halnya dalam pendidikan, koordinasi dapat dilaksanakan pada setiap jenjang manajemen pendidikan, mulai dari pusat, tingkat nasional (makro) sampai tingkat lembaga (mikro).
Secara teoritis dapat dikemukakan beberapa macam koordinasi sesuai dengan ruang lingkup dan arah kegiatannya.  Berdasarkan ruang lingkupnya, koordinasi dapat diidentifikasikan ke dalam koordinasi intern dan ekstern.  Koordinasi intern adalah koordinasi antar pejabat atau antar unit di dalam suatu lembaga, sedangkan koordinasi ekstern adalah koordinasi antar pejabat dari berbagai lembaga atau antar lembaga.
Sejalan dengan uraian diatas, Handaningrat (1982) mengemukakan koordinasi berdasarkan hubungan antara pejabat yang mengkoordinasikan dan pejabat yang dikoordinasikan sebagai berikut:
a. Koordinasi Intern
Koordinasi Intern terbagi menjadi tiga sebagai berikut :
1) Koordinasikan vertikal atau structural, yaitu antara yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan secara struktural terdapat hubungan hierarkis atau pengarahan yang dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat juga dikatakan koordinasi yang bersifat garis komando (line of command).
2)Kordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional, kedudukan antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan setingkat eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya keduanya mempunyai kaitan satu sama lain sehingga perlu dilakukan koordinasi. Koordinasi horisontal terbagi :
(a) Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.
(b)Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern yang selevel.
3)Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi fungsional, yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang lainnya tidak berada pada satu garis komando (line of command)

b. Koordinasi Ekstern
Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal. Siagian (1979) mengelompokkan koordinasi menjadi sebagai berikut :
1)Koordinasi menjadi atasan dengan bawaan, yang disebut koordinasi vertikal.
2)Koordinasi diantara sesama pejabat yang setingkat dalam suatu instansi, disebut koordinasi horizontal.
3)Koordinasi fungsional, koordinasi antarinstansi, tiap-tiap instansi mempunyai tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu.

5.      Cara Melakukan Koordinasi
Koordinasi dapat dilakukan secara formal dan informal, melalui konferensi lengkap, pertemun berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan badan koordinasi staff, wawancara dengan bawahan, edaran/memo berantai, buku pedoman lembaga, tata kerja dan sebagainya.  Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sutarto (1983) yang mengemukakan cara-cara koordinasi berikut :
a.Mengadakan pertemuan-pertemuan informal diantara para pejabat.
b. Mengadalan pertemuan formal antar para pejabat (rapat).
c.Membuat edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan.
d.Membuat penyebaran kartu kepada para pejabat yang diperlukan.
e.Mengangkaat koordinator.
f.Membuat buku pedoman lembaga, buku pedoman tata kerja, dan buku pedoman kumpulan peraturan.
g.Berhubungan melalui alat penghubung (telepon).
h.Membuat tanda-tanda.
i. Membuat simbol.
j. Membuat kode.
k. Bernyanyi bersama.
Dalam koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubungan untuk saling tukar pikiran mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai pada saat tertentu, serta saling mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari jalan pemecahannya, sekaligus saling membantu memecahkan masalah. Dengan demikian, setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar dan terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
6.      Syarat-Syarat Koordinasi
Syarat-syarat terjadinya koordinasi adalah sebagai berikut :
a.Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per-bagian.
b.Rivalry, dalam perusahaan besar, sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan.
c.Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.
d.Esprit de Corps, bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat.

7.      Sifat-Sifat Koordinasi
Sifat-sifat koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.
b.Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka mencapai sasaran.
c.Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

B.     Komunikasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Komunikasi adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok dalam suatu organisasi. (Oteng Sutisna, 1989).
Komunikasi memegang peranan penting dalam menunjang kelancaran aktifitas. Tanpa komunikasi maka maksud bersama tidak dapat dipahami dan diterima oleh semua anggota organisasi. Selain itu tanpa komunikasi maka tidak terjadi koordinasi yang menyebabkan tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat pokok bagi eksistensi suatu organisasi.  Komunikasi sangat penting dalam menangani semua masalah yang muncul dalam setiap organisasi. Komunikasi sangat penting bagi pembuatan putusan. Agar bisa membuat putusan yang rasional diperlukan tersedianya semua keterangan yang mungkin tentang alternatif-alternatif serta konsekuensi-konsekuensinya. Keterangan serupa hanya dapat dibuat melalui komunikasi. Demikian juga kekuatan merancang, mengorganisasi, dan menilai selalu bergantung kepada kualitas komunikasi. (Oteng Sutisna, 1989)
1.      Komunikasi Intern
a.       Dasar, Tujuan, dan Manfaat
1)Dasar : komunikasi yang baik antara berbagai personil harus dikembangkan untuk mencapai hasil seoptimal mungkin. Kurang komunikasi akan mengakibatkan kurangnya hasil yang dapat diwujudkan, bahkan sering gagal mencapai tujuan.
2) Tujuan : menciptakan kondisi menarik dan hangat, personil dapat bekerja terdorong untuk berprestasi lebih baik dan mengerjakan tugas mendidik dengan penuh kesadaran.
3) Manfaat : mudah dalam memecahkan / menyelesaikan masalah dengan bantuan orang (diskusi).
b.      Prinsip Komunikasi
Karakteristik hubungan professional antara lain dipengaruhi “tata karma” professional, terbuka untuk mengemukakan pendapat, keputusan diambil berdasarkan pertukaran pendapat dan memberikan keputusan yang bersifat pedoman, bukan sesuatu yang tegas dan praktis. Kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip dibawah ini :
1)Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tetapi bertindak sebagai fasilitator (demokratis dan kekeluargaan).
2)Mendorong guru untuk mau dan mampu memecahkan masalah, serta mendorong aktivitas dan kreativitas guru.
3)Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendidik guru untuk mau mendengar pendapat orang lain secara objektif.
4)Mendorong untuk mengambil keputusan yang baik dan mentaatinya.
5)Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara dan pengambil kesimpulan secara redaksional.
c.       Memecahkan Masalah Bersama di Sekolah
1)Kegiatan pertemuan yang bersifat teratur dan berkala.
2)Guru bergiliran mengemukakan pendapat.
3)Peningkatan pengetahuan dan kemampuan professional dengan mengungkapkan pengetahuan yang diperoleh dengan guru lain (diskusi).

2.      Komunikasi Ekstern
a.       Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Tujuan : saling membantu dan saling isi mengisi mengenai bantuan keuangan dan barang-barang, untuk mencegah perbuatan yang kurang baik, dan bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak. Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua :
1)Melalui dewan sekolah : tujuannya untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan,dan penilaian.
2)Melalui BP3 : memberi bantuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah (masalah sarana prasarana penunjang KBM).
3)Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan : pemberian penjelasan tentang kegiatan belajar mengajar serta prestasi peserta didik dan kelemahan yang perlu ditingkatkan.
4)Melalui ceramah ilmiah : menghadirkan ahli untuk menyampaikan permasalahan dan pemecahannya dalam forum tersebut.

b.      Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1)Kepentingan sekolah : memelihara kelangsungan hidup sekolah, meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, memperlancar kegiatan belajar mengajar, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
2)Kebutuhan sekolah : memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, memperoleh kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkatkan kemampuannya.
3) Saling membantu, mengisi dan menggalang bantuan keuangan serta barang.
4) Program kegiatan luar sekolah, waktu libur, pengisi waktu luang.
5)Membantu pengadaan alat peraga, perpustakaan sekolah, beasiswa / orang tua asuh.



C.    Supervisi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super”dan “visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas dan menilai yang dilakukan oleh pihak terhadap aktivitas, kreativitas, dan kenerja bawahan. Istilah yang hampir sama dengan supervisi, yaitu pengawasan. Pengawasan adalah kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan maksudnya untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi itu digunakan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Dalam MBS, supervisi ditekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kinerja tenaga kependidikan di sekolah dalam melaksanakan tugas.
Secara umum Supervisi Pendidikan diarahkan pada pembinaan guru dan staf sekolah. Kepala sekolah/ pengawas berkewajiban untuk memberikan segala bantuan dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan terhadap berbagai aspek dalam KBM sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara optimal. Lebih lanjut, Good Carter dalam Sahertian (2000 : 17) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode serta evaluasi pengajaran.
Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles dalam Sahertian (2000 : 18) bahwa supervisi ialah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik. Mengacu pada pengertian tersebut, jelas bahwa supervisi bukan merupakan suatu aktivitas yang bernuansa mencari kesalahan guru maupun staf administrasi sekolah lainnya, melainkan membimbing, mengarahkan dan memberi pertunjuk teknis dalam rangka meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas utamanya.

1.      Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Peter F. Olivia dalam Sahertian (2000 : 19) bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah :
a. Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
Sejalan dalam penerapan kurikulum, hendaknya guru mampu membaca pokok-pokok bahasan, konsep, dan tema-tema yang dirumuskan dalam kurikulum tersebut. Kemudian tugas guru ialah merancangkan berbagai indikator berupa pengalaman belajar dan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
b. Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
Untuk mencapai peningkatan proses pembelajaran, guru merancangkan sejumlah pengalaman belajar. Melalui perolehan pengalaman belajar peserta didik memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lainnya melalui sebuah kegiatan belajar berupa kegiatan mengamati, mendengarkan, menanggapi, kegiatan berbicara, kegiatan menerima, dan kegiatan merasakan. Sejumlah pegalaman belajar tersebut dapat bersifat sahih (valid), lengkap (komprehensif), beragam (variasi), dan pengalaman yang bersifat relevan.
c. Mengembangkan seluruh staf di sekolah
Latar belakang supervisi yang utama adalah bahwa guru-guru perlu bertumbuh dalam jabatannya, maka setiap guru harus berusaha untuk mengembangkan dirinya. Baik pada usaha yang dilakukan berupa kebijakan yang daimbil oleh pimpinan  maupun usaha yang datang dari guru itu sendiri untuk meningkatkan kualitas profesi mengajarnya.

2.      Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi Supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Swearingen dalam Sahertian (2000 : 21) menganalisis secara lebih luas dengan mengemukakan 8 fungsi supervise sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas pengalaman guru-guru.
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberi fasilitas dan penilian yang terus-menerus.
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar.
g.Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada setiap anggota staf.
h.Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.



3.      Tekhnik Supervisi
a.       Kunjungan dan Observasi Kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang peroses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan, maupun kekurangan dan kelemahannya. Kepala sekolah mengamati langsung guru saat melaksanakan tugas, mengajar, penggunaan alat, metode, teknik mengajar, secara keseluruhan dengan berbagai factor yang mempengaruhi. Ada tiga pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa memberitahu guru, memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b.      Pembicaraan Individual
Merupakan alat supervise yang penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individu dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
c.       Diskusi Kelompok / Pertemuan Kelompok
Merupakan kegiatan mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk bertukar info atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah bersama. Kegiatan diskusi kelompok dapat dikembangkan mlalui rapat sekolah untuk membahas bersama-sama masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
d.      Demonstrasi Mengajar
Proses belajar mengajar yang yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Tujuannya member contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode, dan media pembelajaran.
e.       Perpustakaan Professional
Ciri professional tercermin dalam kemauan untuk belajar secara terus menerus dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya. Guru hendaknya merupakan kelompok “reading people” dan menjadi bagian dari masyarakat belajar yang menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidup.

6 komentar:

Silahhkann ....