A.
Koordinasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Koordinasi atau dalam bahasa Inggris
coordination, berasal dari bahasa latin, yakni cum yang berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu pada
keharusannya (westra, 1983). Dalam kamus besar Indonesia, koordinasi diartikan
sebagai perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan
tindakan yg akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur.
Koordinasi berkaitan dengan penempatan
berbagai kegiatan yang berbeda-beda pada keharusan tertentu, sesuai dengan
aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses
yang tidak membosankan. Koordinasi juga dapat diartikan sebagai suatu usaha
kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu,
sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
Penggunaan istilah koordinasi sering
tertukar dengan istilah kerja sama (cooperation).
Padahal, koordinasi lebih daripada sekedar kerja sama karena dalam koordinasi
juga terkandung singkronisaasi. Sementara kerja sama merupakan suatu kegiatan
kolektif dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian
kerjasama dapat terjadi tanpa koordinasi, sedangkan dalam koordinasi pasti ada
upaya untuk menciptakan kerjasama.
1.
Karakteristik Koordinasi
Handayaningrat
(1992) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut:
a.Tanggung Jawab koordinasi terletak
pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi menjadi wewenang dan tanggung jawab
pimpinan, sehingga dapat dikatakan bahwa pimpinan bisa berhasil jika melakukan
koordinasi.
b.Koordinasi adalah kerja sama. Hal
ini disebabkan kerja sama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi.
c.Koordinasi merupakan proses yang
terus menerus (continue process). Dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan
tujuan lembaga
d. Pengaturan usaha kelompok secara
teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam
kelompok, bukan usaha individu melainkan sejumlah individu yang berkerjasama di
dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
e.Kesatuan tindakan merupakan inti
koordinasi. Pimpinan merupakan pengatur usaha-usaha dan tindakan-tindakan
setiap individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
f.Tujuan Koordinasi adalah tujuan
bersama (common purpose) Kesatuan usaha yang meminta kesadaran semua pihak
untuk berpartisipasi secara aktif melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok
tempat mereka bekerja.
2.
Prinsip-Prinsip Koordinasi
Prinsip-prinsip koordinasi
adalah sebagai berikut :
a.
Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
b.
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah
menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama.
c.Koordinasi merupakan proses terus menerus dan
berkesinambungan.
d.Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk
mencapai tujuan.
e.
Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus
dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara
keseluruhan.
3.
Manfaat Koordinasi
Koordinasi
sangat diperlukan dalam managemen, terutama untuk menyatukan kesamaan pandangan
antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan
organisasi. Koordinasi diperlukan untuk menghubungkan bagian yang satu dengan
bagian yang lain sehingga tercipta suatu kegiatan yang terpadu mengarah pada
tujuan umum lembaga sebagaimaana jari-jari kerangka payung. Tanpa koordinasi,
spesialisasi dan lembagian kerja yang dilakukan pada setiap usaha kerja sama
akan sia-sia karena setiap bagian cenderung hanya memikirkan pekerjaan atau
tugas masing-masing dan melupakan tujuan lembaga secara keseluruhan.
Melalui
koordinasi setiap bagian yang menjalankan fungsi dengan spesialisasi tertentu
dapat disatupadukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga dapat menjalankan
peranannya secara selaras dalam mewujudkan tujuan bersama. Koordinasi
sangat penting meningkatkan efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan
lembaga.
Dengan
demikian, manfaat koordinasi dalam manajemen dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
a.
Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisah satu sama
lain antara atasan dan bawahan.
b.Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau
jabatannya merupakan yang paling penting.
c.Mengurangi dan menghindakan kemungkinan timbulnya
pertentangan antar pejabat dan pelaksana.
d.
Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
e.Menghindarkan terjadinya peristiwa menunggu yang memakan Waktu lama.
f.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kesamaan pekerjaan
sesuatu kegiatan.
g.Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan
sesuatu program atau kekosongan pengerjaan tugas oleh para manajer.
h.Menumbuhkan kesadaran tugas oleh para manajer untuk saling
memberikan bantuan satu sama lain terutama bagi mereka yang berada dalam
wilayah yang sama.
i.
Menumbuhkan kesadaran para manajer untuk saling memberitahu
masalah yang dihadapi bersama dan bekerjasama dalam memecahkannya.
j.Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah di antara para
atasan atau bawahan.
k.Menjamin adanya kesatuan langkah dan tindakan diantara
manajer.
l.
Menjamin kesatuan sikap diantara manajer.
m.Menjamin kesatuan kebijaksanaan di antara manajer dalam
wilayah tertentu.
Dapat
dikemukakan bahwa manfaat utama koordinasi dalam managemen adalah untuk
menumbuhkan sikap egaliter, serta meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan
diantara atasan dan bawahan dengan tetap menghargai kewajian dan wewenang
masing-masing. Dengan demikian, setiap atasan dan bawahan, tidak terjebak
oleh kepentingan masing-masing bagian yang sempit sehingga dapat
menjalankan perannya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuah sekolah
secara kaffah ( menyeluruh).
4.
Macam-Macam Koordinasi
Dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan
produktifitas kerja, koordinasi harus dilakukan di semua tingkatan, baik di
pusat maupun didaerah, bahkan dalam kesatuan-kesatuan administratif, seperti
bidang, seksi, bagian, sampai dengan kesatuan-kesatuan yang paling kecil.
Demikian halnya dalam pendidikan, koordinasi dapat dilaksanakan pada setiap
jenjang manajemen pendidikan, mulai dari pusat, tingkat nasional (makro) sampai
tingkat lembaga (mikro).
Secara teoritis dapat dikemukakan beberapa macam koordinasi sesuai
dengan ruang lingkup dan arah kegiatannya. Berdasarkan ruang lingkupnya,
koordinasi dapat diidentifikasikan ke dalam koordinasi intern dan
ekstern. Koordinasi intern adalah koordinasi antar pejabat atau antar
unit di dalam suatu lembaga, sedangkan koordinasi ekstern adalah koordinasi
antar pejabat dari berbagai lembaga atau antar lembaga.
Sejalan dengan uraian diatas, Handaningrat (1982) mengemukakan
koordinasi berdasarkan hubungan antara pejabat yang mengkoordinasikan dan
pejabat yang dikoordinasikan sebagai berikut:
a.
Koordinasi
Intern
Koordinasi Intern
terbagi menjadi tiga
sebagai berikut :
1)
Koordinasikan vertikal atau structural, yaitu
antara yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan secara struktural
terdapat hubungan hierarkis atau pengarahan yang dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan
unit-unit, kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat juga dikatakan koordinasi yang bersifat garis
komando (line of command).
2)Kordinasi horizontal,
yaitu koordinasi fungsional, kedudukan antara yang mengkoordinasikan dan yang
dikoordinasikan setingkat eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya keduanya
mempunyai kaitan satu sama lain sehingga perlu dilakukan koordinasi. Koordinasi horisontal terbagi :
(a) Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka mengarahkan,
menyatukan tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu
dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama
tugasnya.
(b)Inter-Related, koordinasi antar badan
(instansi). Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansinya saling
berkaitan secara intern-ekstern yang selevel.
3)Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi
fungsional, yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang lainnya
tidak berada pada satu garis komando (line
of command)
b. Koordinasi
Ekstern
Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi
fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat fungsional, koordinasi itu
hanya bersifat horizontal dan diagonal. Siagian
(1979) mengelompokkan koordinasi menjadi sebagai berikut :
1)Koordinasi menjadi atasan dengan bawaan, yang
disebut koordinasi vertikal.
2)Koordinasi diantara sesama pejabat yang
setingkat dalam suatu instansi, disebut koordinasi horizontal.
3)Koordinasi fungsional, koordinasi antarinstansi,
tiap-tiap instansi mempunyai tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu.
5.
Cara Melakukan Koordinasi
Koordinasi dapat dilakukan secara formal dan informal, melalui
konferensi lengkap, pertemun berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan
badan koordinasi staff, wawancara dengan bawahan, edaran/memo berantai, buku
pedoman lembaga, tata kerja dan sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Sutarto (1983) yang mengemukakan cara-cara koordinasi berikut :
a.Mengadakan pertemuan-pertemuan informal diantara
para pejabat.
b. Mengadalan pertemuan
formal antar para pejabat (rapat).
c.Membuat edaran berantai
kepada para pejabat yang diperlukan.
d.Membuat penyebaran kartu
kepada para pejabat yang diperlukan.
e.Mengangkaat koordinator.
f.Membuat buku pedoman
lembaga, buku pedoman tata kerja, dan buku pedoman kumpulan peraturan.
g.Berhubungan melalui alat
penghubung (telepon).
h.Membuat tanda-tanda.
i.
Membuat simbol.
j.
Membuat kode.
k. Bernyanyi bersama.
Dalam koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubungan untuk
saling tukar pikiran mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai pada saat
tertentu, serta saling mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari
jalan pemecahannya, sekaligus saling membantu memecahkan masalah. Dengan
demikian, setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar dan terarah pada
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
6.
Syarat-Syarat Koordinasi
Syarat-syarat
terjadinya koordinasi adalah sebagai berikut :
a.Sense of Cooperation, perasaan untuk
saling bekerja sama, dilihat per-bagian.
b.Rivalry, dalam perusahaan besar,
sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan.
c.Team Spirit, satu sama lain per
bagian harus saling menghargai.
d.Esprit de Corps, bagian yang saling
menghargai akan makin bersemangat.
7.
Sifat-Sifat Koordinasi
Sifat-sifat
koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Koordinasi adalah dinamis, bukan
statis.
b.Koordinasi menekankan pandangan
menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka mencapai sasaran.
c.Koordinasi hanya meninjau suatu
pekerjaan secara keseluruhan.
B.
Komunikasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Komunikasi
adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari
orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Komunikasi adalah proses
interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok dalam suatu
organisasi. (Oteng Sutisna, 1989).
Komunikasi
memegang peranan penting dalam menunjang kelancaran aktifitas. Tanpa komunikasi
maka maksud bersama tidak dapat dipahami dan diterima oleh semua anggota
organisasi. Selain itu tanpa komunikasi maka tidak terjadi koordinasi yang
menyebabkan tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat
pokok bagi eksistensi suatu organisasi.
Komunikasi sangat penting dalam menangani semua masalah yang muncul
dalam setiap organisasi. Komunikasi sangat penting bagi pembuatan putusan. Agar
bisa membuat putusan yang rasional diperlukan tersedianya semua keterangan yang
mungkin tentang alternatif-alternatif serta konsekuensi-konsekuensinya. Keterangan serupa hanya dapat
dibuat melalui komunikasi. Demikian juga kekuatan merancang, mengorganisasi,
dan menilai selalu bergantung kepada kualitas komunikasi. (Oteng Sutisna, 1989)
1.
Komunikasi Intern
a. Dasar, Tujuan, dan Manfaat
1)Dasar : komunikasi yang baik antara berbagai personil harus
dikembangkan untuk mencapai hasil seoptimal mungkin. Kurang komunikasi akan
mengakibatkan kurangnya hasil yang dapat diwujudkan, bahkan sering gagal
mencapai tujuan.
2)
Tujuan : menciptakan kondisi menarik dan hangat, personil
dapat bekerja terdorong untuk berprestasi lebih baik dan mengerjakan tugas
mendidik dengan penuh kesadaran.
3)
Manfaat : mudah dalam memecahkan / menyelesaikan masalah
dengan bantuan orang (diskusi).
b. Prinsip Komunikasi
Karakteristik hubungan professional
antara lain dipengaruhi “tata karma” professional, terbuka untuk mengemukakan
pendapat, keputusan diambil berdasarkan pertukaran pendapat dan memberikan
keputusan yang bersifat pedoman, bukan sesuatu yang tegas dan praktis. Kepala
sekolah perlu memperhatikan prinsip dibawah ini :
1)Bersikap terbuka, tidak memaksakan
kehendak tetapi bertindak sebagai fasilitator (demokratis dan kekeluargaan).
2)Mendorong guru untuk mau dan mampu
memecahkan masalah, serta mendorong aktivitas dan kreativitas guru.
3)Mengembangkan kebiasaan untuk
berdiskusi secara terbuka dan mendidik guru untuk mau mendengar pendapat orang
lain secara objektif.
4)Mendorong untuk mengambil keputusan
yang baik dan mentaatinya.
5)Berlaku sebagai pengarah, pengatur
pembicaraan, perantara dan pengambil kesimpulan secara redaksional.
c. Memecahkan Masalah Bersama di Sekolah
1)Kegiatan pertemuan yang bersifat
teratur dan berkala.
2)Guru bergiliran mengemukakan
pendapat.
3)Peningkatan pengetahuan dan
kemampuan professional dengan mengungkapkan pengetahuan yang diperoleh dengan
guru lain (diskusi).
2.
Komunikasi Ekstern
a. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Tujuan : saling membantu dan saling
isi mengisi mengenai bantuan keuangan dan barang-barang, untuk mencegah
perbuatan yang kurang baik, dan bersama-sama membuat rencana yang baik untuk
sang anak. Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua :
1)Melalui dewan sekolah : tujuannya
untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah baik
menyangkut perencanaan, pelaksanaan,dan penilaian.
2)Melalui BP3 : memberi bantuan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah (masalah sarana prasarana penunjang KBM).
3)Melalui pertemuan penyerahan buku
laporan pendidikan : pemberian penjelasan tentang kegiatan belajar mengajar
serta prestasi peserta didik dan kelemahan yang perlu ditingkatkan.
4)Melalui ceramah ilmiah :
menghadirkan ahli untuk menyampaikan permasalahan dan pemecahannya dalam forum
tersebut.
b. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1)Kepentingan sekolah : memelihara
kelangsungan hidup sekolah, meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
memperlancar kegiatan belajar mengajar, memperoleh bantuan dan dukungan dari
masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
2)Kebutuhan sekolah : memajukan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperoleh kemajuan sekolah dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, menjamin relevansi
program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, memperoleh
kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkatkan kemampuannya.
3) Saling membantu, mengisi dan
menggalang bantuan keuangan serta barang.
4) Program kegiatan luar sekolah, waktu
libur, pengisi waktu luang.
5)Membantu pengadaan alat peraga,
perpustakaan sekolah, beasiswa / orang tua asuh.
C.
Supervisi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Supervisi
secara etimologi berasal dari kata “super”dan “visi” yang mengandung arti
melihat dan meninjau dari atas dan menilai yang dilakukan oleh pihak terhadap
aktivitas, kreativitas, dan kenerja bawahan. Istilah yang hampir sama dengan
supervisi, yaitu pengawasan. Pengawasan adalah kegiatan untuk melakukan
pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan
maksudnya untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai
tujuan. Inspeksi itu digunakan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan atau
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Dalam MBS, supervisi
ditekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kinerja tenaga
kependidikan di sekolah dalam melaksanakan tugas.
Secara
umum Supervisi Pendidikan diarahkan pada pembinaan guru dan staf sekolah.
Kepala sekolah/ pengawas berkewajiban untuk memberikan segala bantuan dalam
bentuk bimbingan dan penyuluhan terhadap berbagai aspek dalam KBM sehingga
tujuan pendidikan dapat dicapai secara optimal. Lebih lanjut, Good Carter dalam
Sahertian (2000 : 17) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu usaha dari
petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya
dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan pengajaran, dan metode serta evaluasi pengajaran.
Lebih
luas lagi pandangan Kimball Wiles dalam Sahertian (2000 : 18) bahwa supervisi
ialah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang
lebih baik. Mengacu pada pengertian tersebut, jelas bahwa supervisi bukan
merupakan suatu aktivitas yang bernuansa mencari kesalahan guru maupun staf
administrasi sekolah lainnya, melainkan membimbing, mengarahkan dan memberi
pertunjuk teknis dalam rangka meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan
tugas utamanya.
1.
Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan ialah
memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru untuk mengembangkan situasi
belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan Peter F. Olivia dalam Sahertian (2000 : 19) bahwa sasaran (domain)
supervisi pendidikan ialah :
a.
Mengembangkan kurikulum
yang sedang dilaksanakan di sekolah
Sejalan
dalam penerapan kurikulum, hendaknya guru mampu membaca pokok-pokok bahasan,
konsep, dan tema-tema yang dirumuskan dalam kurikulum tersebut. Kemudian tugas
guru ialah merancangkan berbagai indikator berupa pengalaman belajar dan
kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
b.
Meningkatkan proses
belajar mengajar di sekolah
Untuk
mencapai peningkatan proses pembelajaran, guru merancangkan sejumlah pengalaman
belajar. Melalui perolehan pengalaman belajar peserta didik memperoleh
pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lainnya melalui sebuah
kegiatan belajar berupa kegiatan mengamati, mendengarkan, menanggapi, kegiatan
berbicara, kegiatan menerima, dan kegiatan merasakan. Sejumlah pegalaman
belajar tersebut dapat bersifat sahih (valid), lengkap (komprehensif),
beragam (variasi), dan pengalaman yang bersifat relevan.
c.
Mengembangkan seluruh
staf di sekolah
Latar
belakang supervisi yang utama adalah bahwa guru-guru perlu bertumbuh dalam
jabatannya, maka setiap guru harus berusaha untuk mengembangkan dirinya. Baik
pada usaha yang dilakukan berupa kebijakan yang daimbil oleh pimpinan
maupun usaha yang datang dari guru itu sendiri untuk meningkatkan kualitas
profesi mengajarnya.
2.
Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi Supervisi pendidikan ditujukan
pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Swearingen dalam Sahertian
(2000 : 21) menganalisis secara lebih luas dengan mengemukakan 8 fungsi
supervise sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi
semua usaha sekolah.
b. Memperlengkapi
kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas
pengalaman guru-guru.
d. Menstimulasi
usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberi
fasilitas dan penilian yang terus-menerus.
f. Menganalisis
situasi belajar-mengajar.
g.Memberikan
pengetahuan dan keterampilan pada setiap anggota staf.
h.Memberi
wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
3.
Tekhnik Supervisi
a. Kunjungan dan Observasi Kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat
bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang peroses belajar mengajar secara
langsung, baik yang menyangkut kelebihan, maupun kekurangan dan kelemahannya. Kepala sekolah mengamati langsung
guru saat melaksanakan tugas, mengajar, penggunaan alat, metode, teknik
mengajar, secara keseluruhan dengan berbagai factor yang mempengaruhi. Ada tiga
pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa memberitahu guru,
memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b. Pembicaraan Individual
Merupakan alat supervise yang
penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara
individu dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan dengan
proses belajar mengajar.
c. Diskusi Kelompok / Pertemuan Kelompok
Merupakan kegiatan mengumpulkan
sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk bertukar
info atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah bersama. Kegiatan
diskusi kelompok dapat dikembangkan mlalui rapat sekolah untuk membahas
bersama-sama masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
d. Demonstrasi Mengajar
Proses belajar mengajar yang yang
dilakukan oleh seorang guru yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga
guru lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Tujuannya member contoh
bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dalam menyajikan
materi, menggunakan pendekatan, metode, dan media pembelajaran.
e. Perpustakaan Professional
Ciri professional tercermin dalam
kemauan untuk belajar secara terus menerus dalam rangka meningkatkan dan
memperbaiki tugas utamanya. Guru hendaknya merupakan kelompok “reading people”
dan menjadi bagian dari masyarakat belajar yang menjadikan belajar sebagai
kebutuhan hidup.
bagus, makasih ya contoh makalahnya,....
BalasHapusga ada daftar pustakanya mbk?
BalasHapusmna dftar pustakany..??
BalasHapusmna dftar pustakany..??
BalasHapusmna dftar pustakany..??
BalasHapusMAKASIHH CINTA SANGAT MEMBANTU
BalasHapus