Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
merupakan wujud perubahan sistem (reformasi) pendidikan. Istilah reformasi
sendiri dipersamakan dengan revolusi dalam hal perubahan secara besar-besaran.
Hal ini merupakan perombakan dan sistem pembangunan pendidikan yang lebih
didominasi oleh pemerintah. Dimana pembangunan pendidikan oleh pemerintah
memang harus dirombak karena terbukti kurang efektif, efisien dan produktif.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa beberapa karakteristik reformasi dalam
bidang tertentu, yaitu dayanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa lalu,
keinginan untuk memperbaikinya,
Sehubungan dengan hal itu,
keberhasilan implementasi MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dalam desentralisasi
pendidikan sedikitnya dilihat dari 3 dimensi yaitu efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas. Ketiga dimensi tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi. Efektivitas,
efisiensi, dan produktivitas MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) harus sejak awal
ditetapkan agar dapat diketahui dampaknya sejak awal terhadap pencapaian
pendidikan. Dengan demikian, sejak awal dapat diketahui
kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan sementara kelebihan dan
kekuatannya dapat dipertahankan.
Efektifitas, efisiensi, dan produktivitas MBS harus sejak
awal ditetapkan agar dapat diketahui dampaknya sejak dini terhadap pencapaian
tujuan pendidikan pada umumnya, khususnya dalam merealisasikan berbagai program
sekolah. Dengan demikian, sejak awal dapat diperbaiki kelemahan-kelemahan atau
kekurangannya, sementara kelebihan dan kekuatan dapat dipertahankan.
A. Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian efektivitas ialah
keefektifan. Sedangkan Sondang P.
Siagian (2001: 24) dalam memberikan definisi bahwa efektivitas adalah
pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara
sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan yang dijalankannya. Menurut Mulyasa (2008:82) menyatakan
efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas
dengan sasaran yang dituju. Efektivitas bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.
Efektivitas MBS berarti bagaimana MBS berhasil
melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat,
mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar
utnuk mewujudkan tujuan sekolah. Dalam pengelolaan sekolah, efektifitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya
partisipasi aktif dari masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya
dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.
Efektivitas MBS ini dapat dilihat berdasarkan teori sistem dan dimensi
waktu.
Berdasarkan Teori Sistem, kriteria efektivitas
harus mencerminkan keseluruhan siklus input-output yaitu harus
mencerminkan hubungan timbal balik antara manajemen berbasis sekolah dan
lingkungan sekitarnya. Sedangkan berdasarkan Dimensi Waktu,
efektivitas MBS dapat diamati dalam beberapa jangkauan yaitu:
1.Efisiensi jangka pendek yang
berfungsi untuk menunjukkan hasil kegiatan dalam kurun waktu sekitar satu tahun
dengan kriteria kepuasan, efisisensi, dan produksi;
2.Efisiensi
jangka menengah dalam waktu sekitar lima tahun, dengan kriteria perkembangan
serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan perusahaan;
3.Efisiensi jangka panjang adalah
untuk menilai waktu yang akan datang di atas lima tahun digunakan kriteria
kemampuan untuk melangsungakan hidup dan kemampuan membuat perencanaan
strategis bagi kegiatan di masa depan.
Thomas (1979)
melihat efektivitas pendidikan dalam kaitannya dengan produktivitas,
berdasarkan dengan tiga dimensi berikut:
1.The
administrator production function: meninjau produktifitas sekolah
dari segi keluaran administratif misal layanan yang dapat diberikan dalam
proses pendidikan.
2.The psychologist’s production
function: berupa keluaran, perubahan perilaku peserta didik
berdasarkan niai akademik.
3.The ecinomic’s production function:
produktifitas sekolah ditinjau dari segi keluaran ekonomis yang berkaitan
dengan pembiayaan layanan pendidikan sekolah.
Lipham dan Hoeh (1987) meninjau efektifitas suatu
kegiatan dari factor pencapaian tujuan, yang memandang bahwa efektifitas
berhubungan dengan pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian tujuan pribadi. Steer (1985) mengungkapkan bahwa
efektifitas adalah bagaimana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya
atau mencapai sasarannya. Efektifitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur
keberhasilan pendidikan. Upaya pengukuran terdapat dua istilah yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Validasi
Validasi dapat dilihat dari dua sisi, yakni interen dan
ekstern.
a.Validasi interen merupakan
serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti
apakah sustu program pendidikan telah mencapai sasaran yang telah ditentukan.
b.Validasi eksternal merupakan
serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti
apakah sasaran perilaku dari suatu program pendidikan secara intern telah
valid.
2. Evaluasi
Evaluasi yang baik dilaksanakan hanya apabila didasarkan
pada rencana yang baik pula. Engkoswara
(1988) mengemukakan bahwa keberhasilan manajemen pendidikan adalah
produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektifitas dan
pada efisiensi. Aspek efektifitas dapat dilihat pada : masukan yang merata,
keluaran yang banyak dan bermutu tinggi, ilmu dan keluaran yang gayut dengan
kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, pendapatan tamatan serta keluaran
yng memadai. Efektifitas sustu usaha yang panjang dan berkesinambungan seperti
pendidikan, membawa kita pada pertanyaan apa yang menjadi indicator efektifitas
pada setiap tahapnya. Indikator ini tidak saja mengacu pada apa yang ada
(input, process, output, dan outcome) tetapi juga pada apa yang terjadi atau
proses. Indikator-indikator tersebut sebagai berikut.
a.Indikator input: karakteristik guru, fasilitas,
perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.
b.Indikator process: administratif, alokasi waktu guru,
dan alokasi waktu peserta didik.
c.Indikator output: hasil perolehan peserta didik dan
dinamika sistem sekolah, prestasi belajar siswa, dan hasil perilaku / sikap
siswa, dan lain-lain
d.Indikator outcome: jumlah lulusan ke tingkat
berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan, serta
pendapatan.
Efektifitas sekolah merupakan fenomena yang mengandung
banyak segi. Sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan keefektifitasan
sesuai dengan keefektifitasan itu sendiri atau dapat dikatakan sebagai konsepsi
yang amat bersifat esklusive yang harus didefinisikan secara jelas.
Secara umum teori keektifitasan berorentasi pada tujuan.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan ahli tentang keefektifan
seperti yang ditengahkan Etzioni
bahwa keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuan, sedangkan
menurut Steert keefektifan adalah menekankan perhatian pada kesesuaian hasil
yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai, dan menurut Sergovani keefektifan organisasi adalah
kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan.
Efektifitas menunjukkan ketercapian sasaran /
tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas sekolah terdiri dari dimensi
manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga pendidik, dan personel lainya:
siswa, kurikulun, sarana–prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan
masyarakat; pengelolaan bidang khusus lainya hasil nyatanya merujuk kepada
hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan / kemiripan antara hasil
nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas dapat juga di telaah dari :
1.Masukan yang merata
2.Keluaran yang
banyak dan bermutu tinggi
3.Ilmu dan
keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun
4.Pendapatan lulusan yang memadai.
Sedangkan beberapa hal yang mempengaruhi efektifitas
belajar adalah minat dan bakat, motivasi belajar, tujuan yang hendak dicapai,
cara belajar, perencanaan kegiatan akademik dan disiplin diri.
Makmun
menegaskan bahwa efektifitas sekolah pada dasarnya menunujukkan tingkat
kesesuaian antara hasil yang dicapai (achuevemen atau observed out put) dengan
hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended oiy put) sebagaiman
telah ditetapkan. Parameternya dapat dinyatakan sebagai angka nilai rasio
antara jumlah hasil (kelulusan, produk jasa, produk barang, dan sebagainya)
yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berbanding dengan jumlah (unsur yang
serupa) yang memproyeksikan atau di tergetkan dalam kurun waktu tersebut.
Mengutip B. Suryosubroto (2004), manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.
Konsep ini diperkenalkan oleh teori effectife school yang lebih memfokuskan
diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa indikator yang menunjukan karakter dari konsep manajemen
ini antara lain sebagai berikut:
1.
Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib
2.
Sekolah
memiliki visi, misi dan target mutu yang ingin dicapa
3.
Sekolah
memiliki kepemimpinan yang kuat
4.
Adanya
harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru dan staf
lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi
lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi
5. Adanya
pengembanggan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK
6. Adanya
pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik
dan administrative dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu
dan administrative dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu
7. Adanya
komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat
B. Efisiensi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Selain
dilihat dari segi efektivitas, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga
perlu dianalisis dari segi efisiensi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan ”efisien /éfisién/ a 1 tepat atau sesuai untuk
mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,
biaya); 2 mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat; berdaya guna;
tepat guna.” Dharma (1991) dalam Mulyasa (2006: 89) mengemukakan bahwa
efisiensi mengacu pada perbandingan antara input dengan output, tenaga dan
hasil, perbelanjaan dan masukan, biaya serta kesenangan yang dihasilkan. Suatu
kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan sumber daya minimal. Simon mengartikan efisiensi sebagai
perbandingan antara input dan out put, tenaga dan hasil,
perbelanjaan dan masukan, biaya dan kesenangan yang di hasilkan. Engkoswara melihat efisiensi sekolah,
sebagai kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi, semangat kerja besar,
kepercayaan berbagai pihak dan pembiayaan, waktu, dan tenaga yang sekecil
mungkin tetapi hasil yang besar. Sedangkan H. Emerson menerangkan
bahwa:
“Efisiensi adalah perbandingan yang
terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan
sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang
dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan
antara apa yang telah diselesaikan.”
Dari
beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa secara
umum efisiensi ialah perbandingan antara input dengan output yang mengacu pada
keberdayagunaan atau ketepatgunaan.
Efisiensi merupakan aspek
penting dalam manajemen sekolah karena sekolah umumnya dihadapkan pada masalah
kelangkaan sumber dana, dan secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan
manajemen. Jika Efektivitas dilihat dari perbandingan antara rencana dengan tujuan
yang dicapai maka efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input
atau sumber daya dengan output. Suatu kegiatan efisien bila tujuan dapat
dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber dana yang
minimal.
Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Efisiensi Internal
Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara
output pendidikan (pencapaian belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan
untuk memproses/menghasilkan output pendidikan. Efisiensi internal biasanya
diukur dengan biaya-efektivitas. Setiap penilaian biaya efektivitas selalu
memerlukan dua hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan
(input) dan penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka
putus sekolah). Terdapat tiga kategori teknik untuk memperbaiki
efesiensi sistem pendidikan seperti yang di kemukakan Coomb dan Halack,yaitu :
a.Efesiensi dapat diperbaiki dengan
merubah jumlah, kualitas dan proporsi input atau dengan menggunakan input-input
yang ada secara lebih intensif, tanpa mengubah secara mendasar kondisi dan
teknologi yang ada atau fungsi produksi.
b.Tahap berikutnya, efisiensi dapat
ditingkatkan dengan memodifikasi rancangan dasar sistem secara substansional,
meliputi pengenalan komponen-komponen dan tehnologi baru yang berbeda, seperti
pengajaran tim, televisi pendidikan, dan laboratorium bahasa.
c.Pendekatan yang lebih radikal untuk
memperbaiki efisiensi yang ada untuk merancang alternatif baru ”sistem
belajar mengajar” yang membedakan secara radikal dari yang konvensional.
2.Efisiensi Eksternal.
Efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang
digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan kumulatif (individual,
sosial, ekonomik, dan non-ekonomik) yang didapat setelah pada kurun waktu yang
panjang diluar sekolah. Analisis biaya manfaat merupakan alat utama untuk
mengukur efisiensi eksternal.
Efisiensi memiliki kaitan
langsung dengan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas secara
optimal sehingga memberikan dampak yang optimal pula. Dikatakan suatu program
pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien mampu
menyediakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber
pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan (effectiveness) tidak
mengalami hambatan. Dengan demikian, sistem atau program pendidikan yang
efisien ialah yang mampu mendistribusikan sumber-sumber pendidikan secara adil
dan merata agar setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan tersebut dan mencapai hasil maksimal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas siartikan
sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu; daya produksi; keproduktifan. Menurut Marvin E Mundel, produktivitas didefinisikan sebagai rasio keluaran
yang menghasilkan untuk penggunaan di luar organisasi, yang memperbolehkan
untuk berbagai macam produk dibagi oleh sumber-sumber yang digunakan, semuanya
dibagi oleh suatu rasio yang sama dari periode dasar.
Konsep produktivitas pada awalnya dikemukakan oleh Quensney, ekonom Perancis pada tahun
1776. Maka dari itu pengertian produktivitas senantiasa dikaitkan dengan nilai
ekonomis suatu kegiatan, yakni bagaimana mencapai hasil yang sebesar-besarnya
dengan menggunakan sumber daya dan dana sekecil mungkin. Mulyasa (2006: 92) mengemukakan bahwa ”Produktivitas dalam dunia
pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber
daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian produktivitas ialah kemampuan dalam menghasilkan
sesuatu yang semaksimal mungkin dengan menggunakan sumber daya yang seminimal
mungkin.
Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas out
put berupa jumlah tamatan, kuantitas input berupa jumlah
tenaga-tenaga kerja sekolah, dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan,
perlengkapan, bahan, dan sebagainya). Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak
dapat diukur dengan uang. Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan
menggunakan metode dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat
disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan mendapatkan respon positif bahkan
pujian dari orang lain dari hasil kerjanya.
Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengn
keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisiaen. Seiring dengan bertambahnya waktu,
semakin besar pula modal untuk pendidikan. Sekolahpun menjadi semakin
berkembang karena semakin besarnya tuntutan pendidikan yang harus dikembangkan.
Secara sederhana produktivitas pendidikan dapat diukur denngan melihat
indeks pengeluaran riil pendidikan seperti dalam National Income Blue Book,
dengan cara menjumlahkan pengeluaran dari banyaknya peserta didik yang dididik.
Namun, cara ini merupakan cara pengukuran yang sangat kasar terhadap produk
riil kependidikan, bahkan dalam pemikiran sekarang hal ini tidak berarti sama
sekali. Cara ini tidak menceritakan kualitas lulusan program pendiddikan.
Thomas (1982) mengemukakan bahwa produktivitas pendidikan
dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu :
1.Meninjau produktivitas dari segi
keluaran administratif, yaitu seberapa besarb dan seberapa baik layanan yang
dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan.
2.Meninjau
produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku, yaitu dengan melihat
nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi
akademik yang telah dicapainya dalam periode tertentu.
3.Melihat produktivitas sekolah dari
keluaran ekonomois yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di
sekolah, hal
ini mencakup “harga” layanan yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan
“perolehan” (earning) yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut
“peningkatan nilai balik”.
Dalam mengukur produktivitas pendidikan, termasuk
produktivitas MBS sebagai paradigma baru manejemen pendidikan, dapat digunakan
metode dan tehnik yang berbeda. Sehubungan dengan itu, dalam hal ini
dikemukakan kajian yang berkaitan dengan tenaga kerja kependididkan, guru, dan
gaji guru, ahli ekonomi dan sekolah, serat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi,
yang diakhiri dengan analisis produktivitas sekolah.
1.Tenaga Kerja Kependidikan
Kebutuhan-kebutuhan akan tenaga
kerja dalam konteks ekonomi pendidikan membutuhkan pengetahuan mengenai
kualifikasi kependidikan dan ketrampilan tenaga kerja yang sudah ada.
Seiring dengan semakin berkembangnya ekonomi, adaptabilitas tenaga kerja yang
sudah ada menjadi suatu hal yang dipertimbangkan. Tingkat pendidikan umum yang
tinggi merupakan suatu prasyarat utama bagi banyak perubahan yang terjadi dalam
lingkungan pekerjaan. Akhirnya, pandangan dalam konteks ini hendaknya dilakukan
dengan menggunakan pedoman ekonomi umum yang membutuhkan perencanaan
pertumbuhan ekonomi panjang.
2.Guru dan Gaji Guru
Kemampuan merupakan sumber yang
paling langka digunakan dalam menentukan aspek kuantitas pendidikan.
Menurut banyak pengamat ekonomi pendidikan, biaya paling besar dalam pendidikan
adalah yang berkenaan dengan waktu dan tenaga peserat didik.
Masalah urgen yang perlu dianalisis
dalam hal ini adalah sistem gaji guru. Studi tentang sistem gaji guru
dibatasi tidak hanya pada pendapatan guru, tetapi juga menyangkut bayaran
pensiun, bayaran untuk berlibur, dan
lain-lain. Dalam batas-batas absolut dapat dikatakan bahwa sistem penggajian
guru sudah lebih baik dari sebelumnya karena lebih banyak aspek yang tengah
dipertimbangkan.
Jika dikaji dari segi, mengajar
adalah sebuah profesi maka distribusi sistem penggajian guru adalah sempit, dan
bahkan ada yang menganggap bahwa sistem penggajian guru mengalami kemunduran.
Sistem gaji guru hendaknya dipandang
dengan menggunakan kacamata konvensi-konvensi sosial, periode lamanya harus
dijadikan pertimbangan dalam menentukan gajinya. Sistem penggajian guru
seharusnya tidak dilakukan secara kaku tetapi dilakukan dengan fleksibel.
3.Ahli Ekonomi dan Sekolah
Pesatnya perubahan yang terjadi
dalam masyaratkat mengibatkan pakar ahli ekonomi cenderung berpikir untuk
jangka panjang. Mereka tidak menggunakan pandangan yang statis, tetapi juga
melihat jauh ke depan dan lebih relistis. Sehubungan dengan hal teersebut perlu
dianalisis tentang “bahan mentah” untuk menyelenggarakan pendidikan. Hal lain
yang tidak kalah penting adalah mempertimbangkan kurikulum dalam berbagai
jenjang pendidikan dan dikaitkan dengan pemikiran tentang struktur pendidikan.
Suatu sistem pendididkan harus
dinilai kembali secara kontinu, dengan tujuan melihat relevansidan efisiensi
pengajaran yang diselenggarakan di sekolah.
4.Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pemikiran tentang ekonomi pendidikan
tidak bisa dilepaskan dari kedudukan pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi.
Pendidikan diharapkan dapat memainkan peranan penting dan secara langsung
diharapkan dapat membantu perekonomian negara. Di negara-negara miskin, masalah
pendidikan itu berentang mulai dari masyarakat yang tingkat peradapannya
kompleks dan kuno hingga masyarakat primitif. Di negara-negar dengan tingkat
pendapatan rendah dan tingkat konservatismenya tinggi, upaya menemukan alat
untuk meningkatkan peradapan terhambat.
Rencana pendidikan seharusnya
dipandang sebagai bagian dari program ekonomi umum untuk meningkatkan kehidupan
ekonomi masyarakat. Ada dua alasan untuk hal tersebut, pertama karena
pendidikan harus membenarkan klaim pada sumber-sumber nasional dalam
kompetisinya dengan layanan-layanan sosial, seperti layanan kesehatan
masyarakat dan investasi dalam modal fisik. Kedua, pengalaman telah menunjukkan
bahwa pertumbuhan yang berimbang memerlukan suatu integrasi seluruh aspek
kehidupan ekonomi dan sosial. Untuk itu pendidikan pada umumnya dipandang
memiliki tiga peranan yang utama, (1) menyediakan tenaga kerja dan teknisi
terampil, (2) menghasilakan suatu iklim pertumbuhan melalui peningkatan
keampuan berpikir masyarakat luar kebutuhan dan kesulitan mereka
sehari-hari, (3) nuntuk mengajarkan kemampuan pendidikan dasar kepada anak-anak
yang berasaldari keluarga petani pedesaan.
Pendidikan merupakan suatu senjata
yang sangat potensial baik untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat maupun untuk
kemajuan masyarakat pada umumnya. Karena itu, trujuan-tujuan pendidikan harus
dirancang dengan cermat, namun tetap berkaitan secara erat denagnn
bagian-bagian lain dari program pembangun masyaraka, agar penyelenggaraan
pendidikan bisa lebih murah secara financial demikian pula dengan
sumber-sumbernya.
5.Analisis Produktivitas Pendidikan
Pengukuran
produktivitas pendidikan erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, yang sangat
bergantung pada akurasi kerangka yang digunakan dalam analisis dan kualitas
data.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahhkann ....