Kegiatan Perencanaan (Planning) adalah langkah awal dalam melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Langkah ini menjadi landasan bagi langkah-langkah berikutnya,
yaiyu pelaksanaan, obsevasi dan refleksi. Meskipun, pelaksanaan tindakan
memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran, namun tindakan tersebut
tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan perencanaan. Dengan
perencanaan yang baik, guru
pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru
untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru
sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan
sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam
merancang tindakan perbaikan. Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap
perencanaan meliputi Identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah,
dan formulasi tindakan dalam bentuk hipotesis tindakan. Pada tahapan
perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
A. Mengidentifikasi dan Menganalisis Masalah
1.
Mengidentifikasi
Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau
disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada
sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak
buruk bagi peroses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang
mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada
siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun
secara drastic. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda
sendiri dalam mengelola peroses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru
mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar
masalah tersebut menjadi semakin jelas.
Hopkins (1993) menekankan
bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh
karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai
dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan
gagasan tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bila mana Anda mengawalinya
dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu
akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.
Sudarsono (1996/1997 : 5)
mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan panduan untuk
mengidentifikasi masalah, yaitu :
1. Apa
yang menjadi keprihatinan anda (guru, kepala sekolah) ?
2. Mengapa
anda memperhatikannya ?
3. Menurut
anda, apa yang dapat anda lakukan untuk itu ?
4. Bukti-bukti
apa yang dapat anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa
yang terjadi ?
5. Bagaimana
anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut ?
6. Bagaimana
anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang
telah terjadi ?
Meskipun pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi membutuhkan
waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin diperlukan waktu
untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang sesungguhnya terjadi di
kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada refleksi diri membutuhkan keterbukaan dan kejujuran.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5) memamparkan beberapa bentuk
pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang
dapat dijawab oleh guru sendiri :
1. Apa
yang sedang terjadi di kelas ?
2. Masalah
apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
3. Apa
pengaruh tersebut bagi kelas saya ?
4. Apa
yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?
5. Apa
yang saya dapat lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki
situasi yang ada?
2.
Menganalisis
dan Merumuskan Masalah
Menganalisi masalah merupakan langkah yang harus dilakukan guru setelah
melakukan identifikasi. Jika melalui identifikasi anda dapat menemukan beberapa
masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajarandi kelas, maka analisis
bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat menduga
faktor-faktor penyebabnya. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan
analisis. Analisis dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri
sendiri atau yang disebut rifleksi, dan dapat pula mengkaji ulang berbagai
dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, persiapan
mengajar atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan.
Analisis
masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a)
Mendapatkan
Kejelasan Masalah yang Sesungguhnya
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi
masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Analisis
dapat dilakukan dengann mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau
dengan melakukan refleksi diri. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti,
apakah ketidak tertarikan siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran
atau pada materi-materi tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik,
ataukah cara penyampaian guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin
membuat siswa merasa jenuh.
b)
Menemukan
Kemungkinan Faktor Penyebab
Dengan melakukan analisis masalah secara cermat, disamping dapat
menjadikan masalah semakin jelas serta spesifik, juga sekaligus dimungkinkan
menemukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut. Untuk menemukan
faktor penyebab dalam kegiatan analisis masalah ini ada 2 cara yang dapat dilakukan
guru. Pertama, merenung
kembali masalah tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus anda
jawab sendiri. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu :
-
Apakah cara saya menjelaskan sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa ?
-
Apakah penjelasan yang saya berikan sudah cukup
disertai contoh-contoh ?
Kedua, untuk menemukan faktor penyebab
munculnya suatu masalah, anda juga dapat bertanya kepada siswa, baik dengan
menggunakan wawancara maupun dengan memberikan kuesioner. Pertanyaan sederhana
yang dapat anda ajukan kepada siswa, misalnya :
-
Apakah kamu mengerti pelajaran yang guru
jelaskan ?
-
Apa tanggapan kamu tentang cara guru menjelaskan
materi pelajaran ?
Secara langsung maupun tidak langsung ketika guru melakukan analisis
masalah seperti ini ia juga sudah terlibat di dalam memikirkan faktor-faktor
penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan langkah yang positif untuk
kelanjutan tahapan di dalam PTK.
c)
Menentukan
Kadar Permasalahan
Untuk membantu mempertajam analisis masalah, guru dapat menganalisis beberapa
komponen berikut:
1)
Menganalisis daftar hadir siswa.
2)
Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan
bagaimana hasil belajar mereka peroleh.
3)
Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa beserta bahan ajaran yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran
tersebut sudah cukup menantang atau membosankan.
4)
Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan
guru terhadap pelajaran siswa.
Menurut Borg (2001), kata
benda permasalah memiliki makna konvensional dan makna teknis. Dalam
pemikiran konvensional, suatu permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat
kondisi yang memerlukan pembahasan, keputusan, suatu solusi atau informasi.
Sebuah permasalahan penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan
inventigasi empiris, yakni spengumpulan data dan analisis.
Abimanyu (dalam Wardani 2003)
mengingatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan masalah
adalah :
1)
Jangan memilih masalah yang anda tidak kuasai.
2)
Ambilah topik yang skalanya kecil dan relatif
terbatas.
3)
Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi
anda dan murid anda.
4)
Kaitkan masalah dengan upaya pengembangan
sekolah.
Untuk menentukan masalah mana yang menjadi prioritas untuk dikaji atau
dipecahkan melalui PTK berikut ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:
1)
Masalah harus benar-benar penting bagi guru yang
berssangkutan serta bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran guna
mengingkatkan kualitas pendidikan.
2)
Masalah harus dalam jangkauan kemampuan guru
dalam melaksanakan tindakan kelas.
3)
Masalah yang anda harus pilih untuk dipecahkan
melalui penelitian tindakan harus dirumuskan secara jelas agar dapat mengungkap
berbagai faktor penyebab utamannya sehingga memungkinkan dicari alternatif pemecahannya.
B.
Menilai
Kelayakan Hipotesis Tindakan
1.
Memahami
Hipotesis Tindakan
Secara umum, hipotesis dapat
diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua varibel atau lebih (Kerlinger,
1993). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai jawaban yang yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 1998: 67). Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat
pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu
dengan variabel yang lain. Ada tiga alasan yang menopang alasan ini. Pertama,
hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat
dijabarkan dari teori-teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya, yang diuji adalah
relasi (hubungan). Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah yang merupakan
alasan utama mengapa ia digunakan di dalam telaah ilmiah. Ketiga,
hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan, ia
demikian pentingnya, sehingga kita berani mengatakan bahwa jika tidak ada
hipotesis tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti yang
sepenuh-penuhnya (Kerlinger, 1993).
Borg dan
Gall (2003), mengajukan beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis :
a)
Hipotesis harus dirumuskan dengan
singkat tetapi jelas.
b)
Hipotesis harus dengan nyata
menujukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
c)
Hipotesis harus didukung oleh
teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Hipotesis tindakan harus
dibuat atau dirumuskan dengan melakukan kajian terhadap teori atau dengan
mengkaji pengalaman dalam praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Merumuskan
hipotesis tindakan guru dapat melakukan beberapa bentuk kegiatan, yaitu :
a)
Kajian literature khususnya teori
pendidikan atau pembelajaran.
b)
Kajian hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan permasalahan.
c)
Kajian hasil diskusi dengan rekan
sejawat, pakar, peneliti dan
lain-lain.
d)
Kajian pendapat dan saran pakar
pendidikan.
McMillan dan Schumecher (2001), melihat pentingnya peran kajian literatur ini
karena kegiatan ini akan membantu peneliti menetapkan secara cermat
signifikansi masalah yang akan diteliti sehingga akan semakin mampu membimbing
pikiran peneliti untuk membatasi masalah penelitiannya, mengembangkan rencana
penelitian, memilih metode dan alat ukur yang tepat serta mengembangkan
hipotesis.
2.
Menilai
Kelayakan Hipotesis
Beberapa persyaratan yang
harus dikaji untuk menilai kelayakan suatu tindakan yang akan dikembangkan
melalui PTK seperti berikut ini.
a)
Memiliki
Pengetahuan dan Pengalaman
Guru harus memahami hal-hal
yang berkaitan dengan PTK, baik cara merencanakan, melaksanakan, pengumpulan
dan analisi dta dan refleksi serta hal-hal lain yang terkait dengan pelaksanaan
PTK. Secara umum ada 2 hal yang harus dipahami guru. Pertama, pemahaman
tentang hal berkaitan dengan substansi tindakan yang dipilih sebagai solusi
pemecahan masalah pembelajaran. Kedua, pemahaman berkenaan dengan PTK
itu sendiri. Jika kedua komponen ini telah dipahami guru, maka ia dapat
merencanakan PTK. anda tentu masih ingat saran yang sering disampaikan dalam
beberapa bagian pembahasan, yaitu jangan mengambil atau mengangkat suatu maslah
untuk dikembangkan dalam PTK jika guru tidak memilik pemahaman yang memadai
tentang hal itu.
b)
Kemampuan
Siswa
Pembelajaran yang berpusat
pada siswa, siswa merupakan sentral dari segala kegiatan pembelajaran. Jika hal
ini kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah lupa memikirkan
tindakan yang kita pilih untuk dikaji dari dimensi mereka. hal pokok yang
sangat penting dilakukan adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa
di dalam mengerjakan latihan. beberapa seringnya latihan itu dilakukan dan
berapa banyak jumlah soal yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh
guru secara cermat, karena ketidak tepatan di dalam penentuannya, disamping
memberikan beban yang tidak sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi
siswa di dalam mengerjakan latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal
itu terjadi maka harapan guru agar terjadi perubahan hasil belajar pada
siswa-siswanya hanya menjadi angan-angan belaka, sementara ia telah
menghabiskan waktu dan energi yang tidak sedikit untuk merencanakan dan
melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan
perbaikan dalam PTK, Kaji dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa anda.
c)
Ketersediaan
Sarana dan Fasilitas
Jika tindakan perbaikan yang
tertuang dalam hipotesis anda berkaitan dengan penggunaan sarana atau fasilitas tertentu, maka di samping mengkaji
poin pertama dan kedua di atas, anda juga harus mengkaji ketersediaan dan keterpakaian sarana dan
fasilitas pendukung tersebut.
Mungkin pada tempat yang
berbeda atau kesempatan lain di lingkungan sekolah anda, ada guru yang
bermaksud meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan atau memanfaatkan
alat-alat seni melalui proses pembelajaran kesenian yang dikelolanya.
Penelitian semacam ini baik untuk dilakukan karena perubahan hasil
belajar yang diharapkan dapat diamati secara langsung oleh guru.
d)
Waktu
yang Tersedia
Tugas utama guru adalah
mengajar. Oleh sebab itu pelaksanaan peroses pembelajaran di kelas selalu
diupayakan agar tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain, terlebih lagi
kegiatan tersebut memang ditujukan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran
seperti PTK. Guru harus cermat menetapkan waktu untuk melaksanakan
langkah-langkah kegiatan pembelajarannya. Sekali lagi anda tidak boleh
mengabaikan faktor waktu dalam menilai kelayakan hipotesis tindakan anda. Karena kegagalan
suatu tindakan seringkali lebih banyak terjadi bukan karena kurangnya kemampuan
guru atau kurangnya sarana dan fasilitas, akan tetapi karena keterbatasan waktu
untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang telah dirancang.
e)
Iklim
Kelas dan Iklim Sekolah
Adakalanya guru berhadapan
dengan suatu keadaan yang berada di luar kemampuan dan wewenangnya untuk
merubah atau mengintervensinya, padahal keadaan itu sangat mengganggu peroses
pembelajaran. Iklim psikologis juga dapat memberikan pengaruh bagi kelancaran
pelaksanaan tindakan dalam PTK. Karena itu berkaitan dengan iklim kelas dan
sekolah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkaji
secara cermat kelayakan hipotesis anda.
-
Yakinkan bahwa tindakan perbaikan
yang akan anda
lakukan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran kelas-kelas yang
lain.
-
Yakinkan bahwa petunjuk-petunjuk
atau penjelasan yang akan anda sampaikan berkenaan dengan tindakan dalam PTK anda.
-
Yakinkan diri anda bahwa tindakan
perbaikan yang anda pilih didukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang
sudah ada.