Prinsip
adalah suatu pegangan. Dan salah satu fungsi pegangan adalah untuk pedoman. (Suyadi, 2012 : 29)
Agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan
baik tanpa menganggu tugas utama dari seorang guru, dibutuhkan prinsip yaitu
apa yang harus ada tanpa menganggu apa yang menjadi tugas utama dari guru.
Bahkan prinsip ini diharapkan agar PTK dapat dilaksanakan dengan baik.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan tanpa mengganggu komitmennya
sebagai pengajar. Artinya dalam pelaksanaannya PTK tetap mempunyai
pedoman-pedoman dasar yang tidak boleh untuk dilanggar oleh guru.
Hal ini agar pelaksanaan PTK tetap
dapat terlaksana dengan baik tetapi tetap sesuai dengan apa yang telah
direncanakan tanpa menganggu apa yang menjadi tujuan dari guru secara formal.
A.Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Secara umum prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut adalah :
1.Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;
2.Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan;
3.Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan;
4.Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;
5.Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika
profesionalitas guru;
6.Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam
konteks sekolah secara menyeluruh;
7.Tidak mengenal populasi dan sampel;
8.Tidak mengenal kelompok eksperimen dan control;
9.Tidak untuk digeneralisasikan.
B.Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Arikunto (2006)
Prinsip-prinsip Penelitian
Tindakan Kelas menurut Arikunto (2006) yaitu :
1.Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin
Penelitian yang dilakukan
peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus dalam situasi
yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga
tindakan yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran.
2.Adanya Kesadaran Diri Untuk
Memperbaiki Kerja
Kegiatan penelitian tindakan
kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan
keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada kinerja
yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru harus berkeinginan
untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan dilakukan secara
terus menerus sampai tujuannya tercapai
3.SWOT Sebagai Dasar Berpijak
PeNelitian tindakan dimulai
dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu :
- Strength : Kekuatan
- Weaknesses : Kelemahan
- Opportunity : Kesempatan
- Threat : Ancaman
Empat hal tersebut
dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat dilaksanakan
hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga siswa.
Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan
diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
4.Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya
analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti
guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik,
berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait
dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru
mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung
yang berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal
yang baru diusulkan tersebut.
5.Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun rencana
tindakan, hendaknya mengingat hal -hal yang terkandung dalam SMART, yaitu:
- Spesifik : khusus,
permasalahan tidak terlalu umum
- Managable : dapat
dikelola, dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas hendaknya tidak sulit, baik
dalam menentukan lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, atau kesulitan dalam
bentuk lain
- Acceptable : dapat
diterima, dalam konteks ini dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan,
artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan-tindakan
tertentu dan juga lingkungan tidak terganggu.
- Realistic :
operasional, tidak di luar jangkauan. Penelitian tindakan kelas tidak
menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi diri guru dan siswa.
- Time-Bound
: diikat
oleh waktu, terencana, artinya tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap siswa
sudah tertentu jangka waktunya. Batasan waktu ini penting agar guru mengetahui
betuk hasil yang diberikan kepada siswanya.
Ketika guru menyusun
rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART. Tindakan
yang dipilih peneliti harus :
a.Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil
satu aspek saja sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik.
b.Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam
mencari lokasi mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya.
c.Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak
mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu
karenanya.
d.Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan
subjek yang dikenai tindakan.
C.Prinsip Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Menurut Hopkins (1993)
Menurut
Hopkins (1993) ada enam prinsip dalam PTK, yaitu :
1.Autentik
Masalah yang ditangani adalah masalah pembelajaran yang nyata dan merisaukan
tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan mutu
pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa
diagnosis masalah bersandar pada kejadian
nyata yang berlangsung dalam konteks
pembelajaran yang sesungguhnya. Apabila pendiagnosisan
masalah berdasarkan pada kajian akademik atau
kajian literatur semata, maka penelitian
tersebut dipandang sudah melanggar prinsip
keautentikan masalah, Jadi,
masalah harus didiagnosis
dari kancah pembelajaran yang
sesungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara
akademik.
2.Integral
Kegiatan
PTK adalah pengembangan pembelajaran yang merupakan bagian
integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada
alur pikir dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan
dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan
yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya,
dan apabila perlu dirumuskan hipotesis tindakan
yang tepat, Selanjutnya, dilakukan penetapan
skenario tindakan, prosedur pengumpulan data, dan
analisis data. Objektivitas,
reliabilitas, dan validitas proses, data,
dan hasil tetap dipertahankan
selama penelitian berlangsung. Prinsip kedua ini
mempersyaratkan bahwa dalam
menyelenggarakan kegiatan pengembangan pembelajaran tetap
digunakan kaidah-kaidah ilmiah.
3.Sitematis
Pelaksanaan
PTK merupakan bagian integral
dari pembelajaran yang tidak menuntut
kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahap-tahap pengembangan
pembelajaran selaras dengan pelaksanaan pembelajaran,
yaitu persiapan, pelaksanaan pembelajaran, observasi kegiatan
pembelajaran, evaluasi proses dan hasil pembelajaran, dan refleksi dari proses
dan hasil pembelajaran. Prinsip ketiga ini
mengisyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan
dilaporkan secara sistematis dan terkendali
menurut kaidah ilmiah.
4.Siklis
Tugas
guru yang utama
adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik
dan berkualitas. Untuk itu, guru memiliki
komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran secara terus-menerus.
Dalam menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran ada kemungkinan tindakan
yang dipilih guru kurang berhasil, maka harus tetap berusaha mencari
alternatif lain, tanpa menggeser tema
sentral. Guru harus menggunakan pertimbangan
dan tanggung jawab profesionalnya dalam pengupayakan jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat pengembangan pembelajaran sebagai suatu upaya yang
berkelanjutan secara
siklis sampai terjadinya
peningkatan, perbaikan, atau kesembuhan sistem, proses,
hasil, dan sebagainya.
5.Konsisten
Konsistensi sikap dan kepedulian guru dalam memperbaiki
dan meningkatkan
kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran perlu
perencanaan dan pelaksanaan
yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk
memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam, bukan sesuatu yang bersifat
instrumental.
6.Komprehensif
Cakupan
permasalahan pembelajaran tidak seharusnya
dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang
kelas, tetapi dapat diperluas
pada tataran di luar ruangan, misalnya di laboratorium atau di perpustakaan.
Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap
upaya peningkatan kualitas pendidikan.
makasih . . .
BalasHapusSyukron.....
BalasHapussangat membantu blognya mbak.. thanks bangetzzz
BalasHapusSangat membantu
BalasHapusTerimakasih banyak
BalasHapusTerima kasih banyak artikelnya. Sangat bermanfaat. Sayang nggak bisa di download yaa
BalasHapusTerima kasih atas artikelnya .
BalasHapus