BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pelatihan
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya
manusia, karena melalui pelatihan akan mengasah bakat dan dapat menggali
potensi yang ada pada diri setiap individu. Dengan kata lain sumber daya
manusia merupakan sesuatu yang esensial bagi tiap-tiap individu.
Pengembangan
sumber daya manusia dalam suatu institusi pada umumnya hanya terkait dengan
pelatihan pegawai atau karyawan saja. Hal ini disebabkan karena karyawan
tersebut biasanya direkrut dari lulusan-lulusan lembaga pendidikan di luar
institusi yang bersangkutan. Jarang suatu institusi menyelnggarakan
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Walaupun biasanya hanya pada
institusi atau departemen-departemen pemerintah. Departemen-departemen
ini menyelenggrakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dalam bentuk
institusi atau lembaga kedinasan.
Pelatihan
adalah suatu kegiatan peningkatan kemampuan karyawan atau pegawai dalam
suatu institusi, sehingga pelatihan adalah suatu proses yang akan melahirkan
suatu perubahan perilaku itu bagi karyawan atau pegawai. Secara kongkrit
perubahan perilaku itu berbentuk peningkatan kemampuan dan sasaran atas
karyawan yang bersangkutan. Kemampuan ini memerlukan pelatihan dan dalam proses
pelatihan mencakup antara lain kurikulum, organisasi pelatihan,
peraturan-peraturan, metode belajar mengajar, dan tenaga pengajar atau
pendidik atau pelatih itu sendiri. Sedangkan perangkat keras yang juga besar
pengaruhnya terhadap proses ialah fasilitas-fasilitas yang mencakup gedung,
perpustakaan, alat bantu pendikan dan sebagainya.
Pendekatan
lain mengatakan bahwa faktor fasilitas, tenaga pengajar atau
pelatih, alat bantu pembelajaran atau alat peraga, metode belajar
mengajar itu digolongkan menjadi sumber daya manusia, money, material,
and method (4M) dimasukkan dalam input, sehingga hanya 3 unsur yakni input,
proses, dan output.
Pelatihan
dalam suatu organisasi sebagai upaya untuk pengembangan sumber daya manusia
adalah suatu siklus yang harus terjadi terus menerus. Hal ini terjadi karena
organisasi itu harus berkembang untuk mengantisipasi perubahan-perubahan diluar
organisasi tersebut. Untuk itu maka kemampuan sumberdaya manusia
atau karyawan organisasi itu harus terus menerus ditingkatkan seirama dengan
kemajuan dan perkembangan organisasi.
Sumber Daya
Manusia merupakan faktor terpenting dalam setiap kegiatan perusahaan, karena
bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan tanpa didukung oleh manusia
sebagai pelaksana kegiatan operasionalnya tidak akan mampu menghasilkan output
yang sesuai dengan tingkat efisiensi yang diharapkan. Peranan sumber daya
manusia dalam organisasi sebenarnya sudah ada sejak dikenalnya organisasi
sebagai wadah usaha bersama dalam mencapai suatu tujuan. Dengan berbagai macam
individu yang ada dalam suatu organisasi perusahaan, dimana terdapat perbedaan
dalam latar belakang seseorang seperti pendidikan, pengalaman, ekonomi, status,
kebutuhan, harapan dan lain sebagainya menuntut pimpinan perusahaan untuk dapat
mengelola dan memanfaatkannya sedemikian rupa sehingga tidak menghambat tujuan
organisasi yang ingin dicapai.
Begitu
pentingnya pendidikian dan keterampilan, sehingga selalu diadakan pelatihan-pelatihan
guna peningkatan sumber daya manusia. Sebaliknya jika para karyawan tidak
dibekali pendidikan dan pelatihan, maka pastilah perusahaan tidak bisa
mengikuti perkembangan pasar karena menempatkan tenga-tenaga yang tidak
profesional.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
peran pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ?
2. Institusi
apa sajakah yang berperan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah,
maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui peran pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM)
2. Untuk
mengetahui institusi pengembang Sumber Daya Manusia (SDM)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut
Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata
(manifes) berikut:
· Mempersiapkan
anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
· Mengembangkan
bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
· Melestarikan
kebudayaan.
· Menanamkan
keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai
berikut.
· Mengurangi
pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas
dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
· Menyediakan
sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai
pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan
pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya
pendidikan seks dan sikap terbuka.
· Mempertahankan
sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan
kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam
masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status
sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
· Memperpanjang
masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang
karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
B.
Pelatihan
Pelatihan adalah proses melatih;
kegiatan atau pekerjaan
(KBBI edisi 2, Balai
Pustaka, 1989). Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil jalur
tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan
organisasi
tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya
terutama mengenai pengertian dan keterampilan. (Rolf P. Lynton dan Udai
Pareek--Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja, Pustaka Binaman Jakarta 1998)
Cut Zurnali
(2004) memaparkan manfaat pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan yang
dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003), yaitu :
·
Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan
para pesaing luar.
·
Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk
bekerja dengan teknologi baru.
·
Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana
bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang
berkualitas.
·
Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada
inovasi, kreativitas dan pembelajaran.
·
Menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru
bagi para karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat
pekerjaan dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi
absolut.
·
Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan
bekerja secara lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas
dan para wanita.
Menurut Cut
Zurnali (2004), terdapat 3 (tiga) tingkatan atau level analisis dalam
menentukan kebutuhan pelatihan yang harus dipenuhi, yaitu:
·
Pertama, organization analysis (analisis organisasi):
Memfokuskan pada pengenalan di dalam organisasi dimana pelatihan dibutuhkan.
·
Kedua, operations analysis (analisis operasi): Mencoba
mengenal isi pelatihan-apa yang tenaga kerja harus lakukan agar bekerja secara
kompeten.
·
Ketiga, individual analysis (analisis individual):
Menentukan seberapa baik setiap pekerja atau karyawan yang sedang melakukan
tugas dalam menyelesaikan tugasnya.
Menurut Dessler (edisi terjemahan:1997:263), Pelatihan memberikan karyawan
baru atau lama suatu keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjalankan
pekerjaan mereka. Dengan demikian pelatihan berarti menunjukkan seorang masinis
bagaimana mengoperasikan mesin barunya, bagi seorang juru jual baru, bagaimana
menjual produk perusahaannya, atau bagi seorang penyelia baru bagaimana
mewawancarai dan menilai karyawan.
C.
Pengembangan
Pengembangan
dalam arti yang sangat sederhana adalah suatu proses dan cara pembuatan.
Sedangkan menurut Drs. Iskandar Wiryokusumo M.sc. pengembangan adalah upaya
pendidikan baik formal maupun non formalyang dilaksanakan secara sadar,
berencana, terarah, teratur, dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, membimbing, danmengembangkan suatu dasar kepribadian yang
seimbang, utuh dan selaras,pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan
sertakemampuan-kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas
prskarsasendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesame,maupun
lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuanmanusiawi yang
optimal dan prbadi yang mandiri. Prof. Dr. H. M. Arifin, Med. Berpendapat bahwa
pengembangan bila dikaitkan dengan pendidikan berarti suatu proses perubahan
secara bertahap kearah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi dan meluas
danmendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan.
D.
Sumber
Daya Manusia (SDM)
Pengertian SDM ada dua macam, yaitu:
1. Derajat
kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi
untuk menghasilkan barang atau jasa.
2. Manusia yang
memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik barang atau jasa
(Simanjuntak, 1985).
Perbedaan
antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia itu
sendiri. Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila memiliki
kualitas yang sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam konteks makro,
ciri yang menandainya adalah kualitas untuk melaksanakan perubahan dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat, sedangkan dalam konteks mikro adalah kualitas
untuk melakukan proses produksi, misalnya dalam suatu organisasi bisnis atau
industri. Jadi, manusia menjadi SDM apabila dia terlibat dalam proses
produksi dan kualitas kemampuan yang dimilikinya sesuai untuk menghasilkan
produksi itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas tidak ditonjolkan. Karena
pada dasarnya setiap individu manusia yang termasuk pada kategori angkatan
kerja itu terlibat atau dapat dilibatkan dalam proses pembangunan atau proses
produksi, maka dalam kondisi memiliki kemampuan apapun dia termasuk kategori
SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu. Bila belum terlibat, dia masih
dikategorikan sebagai potensi. Oleh sebab ada persyaratan keterlibatan, baik
pada pengertian pertama maupun pada pengertian kedua, maka pemanfaatan kemampuan
dalam proses pembangunan nasional maupun dalam proses produksi merupakan
indikator utama proses pengembangan SDM. Artinya, upaya apapun yang diarahkan
untuk meningkatkan kompetensi, akan termasuk pada upaya pengembangan SDM
apabila dikaitkan dengan pemanfaatannya dalam pembangunan atau dalam proses
produksi.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan
Dan Pelatihan Sebagai Komponen Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya manusia adalah sesuatu yang
terpenting bagi setiap individu dan bagi organissi, karena sangat jelas sekali
bahwa sumber daya manusia itu menentukan sekali kemajuan
organisasai dan untuk mendapatkan itu diperlukan pelatihan dan pendidikan.
Garry Dessler mengatakan, ada lima langkah proses pengembangan tenaga
kerja: analisis kebutuhan, desaing intruksional, validasi,
implementasi, dan evaluasi, serta tindak lanjut.
Analisis kebutuhan penting dibuat, karena jika perusahaan tidak tahu kebutuhan
apa yang dimiliki karyawannya, maka perusahaaan tidak akan dapat
membuat jenis pendidikan dan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran.
Analisis ini dapat bersumber dari data laporan tentang kinerja karyawan maupun
tentang pendapat para manajer tentang kekurangan anak buahnya.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan
adalah upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan istilah
pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya
disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan).
Pendidikan formal dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan
kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedangkan
pelatihan merupakan bahagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang.
Penggunaan istilah pelatihan sering digunakan dengan istilah latihan
atau training. Latihan adalah salah satu cara memperoleh keterampilan
tertentu misalnya latihan menari, naik sepeda, berbaris, dan lain-lain.
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu instansi, secara konsep
dapat dikenal dari hal-hal sebagai berikut:
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan
calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, sedangkan
pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan
karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Dalam suatu
pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakannya (job
orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum.
Pelatihan pada umumnya menekankan kepada kemampuan psikomotor, meskipun didasari
pengetahuan dan siakap, sedangkan pendidikan ketiga area kemampuan tersebut (kognitif,
afektif dan psikomotor) memperoleh perhatian yang seimbang, terutama
pada pendidikan yang masih bersifat umum. Namun pada pendidikan kejuruan atau
pendidikan khusus, maka yang diutamakan adalah keterampilan.
Oleh karena orinetasinya kepada pelaksanaan tugas
serta keterampilan khusus pada sasaran yang pada umumnya bagi mereka yang sudah
bekerja, maka jangka waktu pelatihan pada umumnya lebih pendek daripada pendidikan.
Demikian pula metode belajar mengajar yang digunakan pada pelatihan lebih
interaktif dibandingkan dengan pendidikan. Pada akhir suatu proses pelatihan
biasanya peserta hanya memperoleh suatu sertifikat, sedangkan pada akhir
pendidikan, peserta pada umumnya memperoleh ijazah atau gelar.
Perbedaan-perbedaan tersebut tidaklah seperti hitam dan putih, praktiknya
sangat fleksibel, di mana batas antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan itu
tidak ada garis yang tegas.
Pendidikan dan pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk
investasi. Oleh karena itu setiap organisasi atau instansi yang ingin
berkembang, maka pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya harus memperoleh
perhatian yang besar. Pentingnya program pendidikan dan pelatihan bagi suatu organisasi
antara lain sebagai berikut:
a.
Sumber daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu
jabatan tertentu dalam organisasi, belum tentu mempunyai kemampuan yang sesuai
persyaratan yang diperlukan dalam jabatan tersebut. Hal ini terjadi karena
sering seseorang menduduki jabatan tertentu bukan karena kemampuannya,
melainkan karena tersedianya formasi. Oleh sebab itu karyawan atau staf baru
ini perlu penambahan kemampuan yang mereka perlukan.
b.
Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan
mempengaruhi suatu organisasi/instansi. Oleh sebab itu jabatan-jabatan yang
dulu belum diperlukan, sekarang diperlukan. Kemampuan orang yang ingin
menempati jabatan tersebut kadang-kadang tidak ada. Dengan demikian, maka
diperlukan penambahan atau peningkatan kemampuan yang diperlukan oleh jabatan
tersebut.
c.
Promosi dalam suatu organisasi/ institusi adalah suatu
keharusan apabila organisasi itu mau berkembang. Pentingnya promosi bagi
seseorang adalah sebagai salah satu reword dan insentive
(ganjaran dan perangsang). Adanya ganjaran atau perangsang yang berupa promosi
dapat meningkatkan produktifitas kerja bagi seorang karyawan. Kadang-kadang
kemampuan seorang karyawan yang akan dipromosikan untuk menduduki jabatan
tertentu ini masih belum cukup. Untuk itulah maka diperlukan pendidikan atau
pelatihan tambahan.
d.
Di dalam masa pembangunan ini organisasi-organisasi
atau instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggil untuk
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para karyawannya agar diperoleh
efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan.
Pentingnya pendidikan dan pelatihan seperti diuraikan di atas, bukanlah
semata-mata bermanfaat bagi karyawannya atau pegawainya yang bersangkutan,
tetapi juga keuntungan bagi orgnisasi. Karena dengan meningkatnya kemampuan
atau keterampilan para karyawan, meningkatkan produktivitas kerja para
karyawan. Produktivitas kerja para karyawan meningkat, berarti organisasi yang
bersangkutan akan memperoleh keuntungan.
Perkembangan sumber daya manusia dalam suatu institusi pada umumnya hanya
terkait dengan pelatihan pegawai atau karyawan saja. Hal ini disebabkan karena
karyawan tersebut biasanya direkrut dari lulusan-lulusan lembaga
pendidikan diluar institusi yang bersangkutan. Jarang suatu
institusi menyelenggarakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Walaupun hanya pada institusi atau Departemen-Departemen pemerintah.
Departemen ini menyelenggarakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri dalam bentuk institusi atau lembaga pendidikan kedinasan.
Oleh sebab itu pusat pendidikan dan pelatihan disetiap institsi tugas
pokoknya adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan pegawai untuk lebih
meningkatkan kemampuan pegawai atau karyawan dilingkungan institusi
tersebut dan akhirnya juga membawa dampak terhadap pengembangan organisasi atau
institusi yang bersangkutan.
Leonard Nadler (1970) secara terinci menguraikan area kegiatan Pengembangan
Sumber Daya Manusia itu dalam 4 bagian, yakni:
a.
Pelatihan pegawai (employee training)
b.
Pendidikan pegawai (employee education)
c.
Pengembangan pegawai (employee development)
d.
Pengembangan non-pegawai (non-employee development)
Kegiatan ketiga area yang pertama (pelatihan, pendidikan, pengembangan
pegawai) adalah merupakan kegiatan pokok untuk pengembangan sumber daya manusia
(pegawai) dalam suatu institusi atau departemen dalam kegiatannya untuk
pengembangan organisasi institusi atau deprtemen yang bersangkutan. Sedangkan
area yang ke-4 (non-employee development) pada hakikatnya adalah
pelaksanaan fungsi social dari institusi tersebut. Di mana suatu
institusi atau departemen menurut Nadler juga mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota masyarakat yang bukan
pegawai dan institusi.
Program pelatihan (training) bertujuan untk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan tekhnik pelaksanaan kerja tertentu untuk
kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk
menyiapkan pegawainya siap memangku jabatan tertentu dimasa yg akan
datang. Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak aspek,
sikap dan keperibadian. Program pelatiahn dan pendidikan bertujuan anatara lain
untuk menutupi ‘gap’ antara kecakapan karyawan dengan permintaan jabatan,
selain itu juga untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas kerja
karyawan dalam mencapai sasaran kerja.
Pelatihan dapat terlaksana disebabkan oleh banyak hal yang menurut Barry
(1994) karena adanya: Perubahan staf, Perubahan teknologi, Perubahan pekerjaan,
Perubahan peraturan hukum, Perkembangan ekonomi, Pola baru pekerjaan, Tekanan
pasar, Kebijakan sosial, Aspirasi pegawai, Variasi kinerjadan Kesamaan dalam
kesempatan.
Selanjutnya, pelatihan dapat dilaksanakan pada dua tempat. Yang pertama
adalah pelatihan di tempat kerja (on-the job training) dan yang kedua di
luar tempat kejra (off-the job training). Teknik utama pelatihan di
tempat kerja antara lain adalah: demonstrasi (praktik menyelesaikan sesuatu
dalam rangka meningkatkan “skill” karyawan), melatih (lebih mengarah
pada praktik manajerial dan professional), melatih dengan cara mengerjakan
sendiri, serta rotasi kerja. Sedangkan pelatihan di luar tempat kerja, teknik
pelatihannya antara lain: ceramah, studi khusus, permainan peran, grup diskusi,
pusat pengembangan, dinamika grup, belajar melalui tindakan, proyek, permainan
bisnis, dan pelatihan di tempat terbuka. Untuk mengevaluasi pelatihan dan
pengembangan, Barry (1994) menyarankan hal-hal berikut :
·
Tingkat reaksi peserta, yaitu melihat reaksi peserta
terhadap pelatihan, pelatih dan lainnya.
·
Tingkat belajar, yaitu melihat perubahan pada
pengetahuan, keahlian, dan sikap.
·
Tingkat tingkah laku kerja, yaitu melihat perubahan
pada tingkah laku kerja.
·
Tingkat organisasi, yaitu melihat efek pelatihan
terhadap organisasi.
·
Nilai akhir, yaitu bermanfaat tidak hanya untuk
organisasi, tetapi juga untuk individu.
B.
Institusi
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human
Resources Developer)
Institusi Pusdiklat (Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Pegawai) adalah sebagai institusi pengembangan sumber daya
manusia, maka staf Pusdiklat berperan sebagai pengembang sumber daya manusia (human resources developer). Ada tiga
macam pengembang sumber daya manusia, yaitu :
1. Administrator
Adminstrator
PSDM adalah staf Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) yang
bertugas untuk mengelolah institusi Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai) tersebut. Adapun tugas staf administrator PSDM adalah :
a. Perencanaan
Fasilitas dan Biaya
Administrator
PSDM yang diserahi tuagas untuk merencanakan fasilitas, biaya dan
kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan diklat harus gesit dan kreatif
untuk menangkap persoalan-persoalan dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan untuk
mengembangkan individu-individu dan organisasi di dalam lingkup kerjanya.
Selanjutnya, berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan tersebut harus segera
merencanakan bentu-bentuk dan jenis pelatihan yang relevan dengan masing-masing
kebutuhan untuk kerja.
Lebih
dari itu, ia harus juga melakukan hubungan dan kerjasama dengan pihak-pihak
lain, sumber-sumber dana, dan fasilitas lain tanpa adanya dukungan dari pihak
lain, unit PSDM (Pusdiklat) niscaya tidak dapat berjalan sesuai dengan
fungsinya.
b. Supervisi
Melaksanakan Program
Kegiatan
PSDM adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus. Kegiatan supervisi disini
dimaksudkan agar kegiatan-kegiatan / program-program yang dilaksanakan oleh
petugas pengajaran berjalan dengan berhasil dan berdaya guna. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan supervisi adalah penugasan /
penentuan staf, prajabatan, evaluasi penelitian dan pengembangan kebijaksanaan.
Unit kerja yang menangani supervisi di dalam institusi PSDM dapat diartikan
sebagai pusat informasi, penelitian dan pengembangan. Oleh sebab itu, staf di
unit ini harus orang yang mempunyai keahlian dalam bidan pendidikan.
c. Pengembangan
Pegawai (Personel Developer)
Adminstrasi
PSDM juga mempunyai fungsi untuk mengembangkan staf di dalam institusi PSDM,
baik staf dibidang administrasi dan pengelolaan pelatihan maupun pengajar
spesialis (learning specialist).
Untuk itu administrativ yang bertanggungjawab “personel developer” ini harus
memberikan kesempatanbagi semua stafnya untuk mengembangkan dirinya, baik
melalui pendidikan lanjutan maupun pelatihan-pelatihan jangka pendek.
d. Memelihara
Hubungan Masyarakat
Pusdiklat
(Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) sebagai salah satu bentuk PSDM perlu
memiliki hubungan yang luas dan baik dengan masyarakat, baik hubungan di dalam
lingkungan institusi atau departemen maupun di luar institusi / departemen. Pusdiklat
merupakan suatu unit kerja yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas
ketenagaan di lingkungan departemennya, yaitu dari unit kerja-unit kerja yang
lain (program-program). Oleh sebab itu, perlu komunikasi dan hubungan yang baik
dengan program-program yang tenaganya akan dididik dan dilatih (dikembangkan).
Hubungan dengan organisasi di luar departemen bukan saja untuk memperoleh
dukungan nada tetapi juga untuk menjadi masukan dan umpan balik terhadap
penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan.
2. Spesialis Pengajaran (Learning Specialist)
Spesialis
pengajaran dalam suatu institusi PSDM, Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai) ini merupakan motor penggerak organisasi / institusi
tersebut. Pembagian “learning specialist”
mencakup tiga hal pokok, yakni :
a. Instruktur
atau pelatih
b. Pembuat
kurikulum pelatihan
c. Pengembangan
materi dan metode pelatihan
3. Konsultan
Fungsi
pokok konsultan dalam institusi diklat adalah untuk menghasilkan
pendapatan-pendapatan atau jawaban-jawaban atas permasalahan di dalam lembaga
tersebut. Untuk memperoleh hasil yang optimum, maka menurut Nadler, ada dua
peeranan pokok yang harus dilakukan oleh seorang konsultan, yakni peranan
sebagai narasumber dan sebagai fasilitator.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sumber Daya
Manusia (SDM) merupakan hal yang terpenting sebagai potensi besar dalam diri
manusia dan ini harus digali dan ditempa semaksimal mungkin. Untuk menciptakan
Sumber Daya Manusia dalam organisasi haruslah di lakukan dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan tekhnik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan
sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan
pegawainya siap memangku jabatan tertentu dimasa yang akan datang.
Institusi Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai)
adalah sebagai institusi pengembangan sumber daya manusia, maka staf Pusdiklat
(Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) berperan sebagai pengembang sumber
daya manusia (human resources developer),
dimana ada tiga macam pengembang sumber daya manusia, yaitu : Administrator,
Spesialis Pengajaran (Learning Specialist)
dan Konsultan.
B.
Saran
Demikianlah
makalah ini kami buat, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi para pembaca
terutama bagi kami sendiri. Semoga, dengan adanya makalah ini dapat memberikan
saran dan kritik dari para pembaca bagi kami para pemakalah.
pelatihan karyawan dan pengembangan karyawan memang sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi sehingga pemilihan lembaga pelatihan karyawan yang tepat harus diperhatikan
BalasHapus